Jakarta, 6/6 (ANTARA)- Kurs rupiah, Jumat pagi, merosot tajam 35 poin menjadi Rp9.330/9.335 dari penutupan hari sebelumnya Rp9.295/9.323. Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara, Tbk, Rully Nova di Jakarta, Jumat mengatakan, sentimen positif dari kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin terhadap rupiah hanya sesaat, karena pada hari berikutnya rupiah kembali terpuruk. Sentimen positif dari kenaikan BI Rate yang terjadi saat itu sebenarnya sudah diduga tidak akan berlangsung lama. Apalagi harga minyak mentah dunia kembali menguat yang mencapai 128 dolar AS per barel, memberikan dukungan kepada investor asing untuk segera membeli greenback atau dolar AS. Rupiah sebenarnya mendapat dukungan dari kenaikan bursa saham regional akibat membaiknya bursa Wall Street, namun pelaku pasar lebih cenderung membeli dolar untuk membeli minyak mentah dari luar negeri. Meski demikian ia optimis bahwa peluang rupiah untuk kembali menguat masih ada, karena BI mempunyai komitmen tetap menjaga rupiah agar tidak terpuruk lebih jauh. Melemahnya rupiah, menurut dia, karena greenback di pasar regional menguat terhadap yen akibat data retail AS cenderung menguat. Dolar AS terhadap yen naik 0,3 persen menjadi 106,20 dan euro naik 0,3 persen terhadap yen menjadi 165,63 yen dan euro stabil pada 1,5305 dolar AS. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008