"Ada juga orang tua yang ikut-ikutan. Tapi niatan mereka hanya ingin melindungi rumahnya supaya tidak dirusak massa," katanya pula.

Jakarta (ANTARA) - Pelaku tawuran di daerah Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (4/9), didominasi oleh wajah baru, ujar Ketua RW 05 Manggarai, Isnu Dwi Hartanto.

"Sekitar 60 hingga 70 persen pelaku yang terlibat tawuran kemarin adalah wajah baru. Saya tidak kenal," katanya, di Manggarai, Kamis.

Pria yang sudah menjabat empat periode sebagai Ketua RW setempat mengaku sangat mengenali wajah warganya yang kerap terlibat tawuran di daerah itu.
Baca juga: Pesan berantai dan letusan suar kerap tandai tawuran di Manggarai

Isnu menyebut warga Manggarai yang sering terlibat bentrok fisik dengan warga dari Tenggulun Menteng, Jakarta Pusat berasal dari RW 05, RW 06 dan RW 12 Manggarai.

Mereka didominasi remaja usia pelajar dan mahasiswa. Namun tidak jarang kalangan orang tua turut terlibat aksi tersebut.

"Ada juga orang tua yang ikut-ikutan. Tapi niatan mereka hanya ingin melindungi rumahnya supaya tidak dirusak massa," katanya pula.
Baca juga: Tawuran Manggarai, warga, camat, dan lurah akan bertemu atasi tawuran

Isnu mengatakan tidak kurang dari 50 warga di tiga RW Manggarai melibatkan diri dalam tawuran yang berlangsung di dua lokasi, yakni Jembatan Rel Kereta Jalan Tambak dan Jembatan Jayakarta Pasar Rumput.

"Massanya cenderung imbang. Masing-masing 50-an orang menggunakan senjata suar, dorlok dan batu," katanya lagi.

Insiden yang terjadi sekitar pukul 17.00 WIB sempat diantisipasi warga sekitar dengan menjalin koordinasi bersama unsur musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) hingga tokoh remaja yang 'dituakan' di Manggarai.

"Ada salah satu tokoh remaja yang dituakan di sini kita coba beri pemahaman. Tapi tawuran keburu terjadi," katanya pula.

Isnu mengatakan insiden tawuran di Manggarai rutin terjadi rata-rata dua hingga lima kali kejadian setiap bulan. Namun pemicu kejadian pastinya belum diketahui.

"Harapan saya, polisi bisa segera menyelesaikan masalah ini. Jangan dibiarkan terjadi terus menerus, sebab saya dan warga juga ikut khawatir," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019