Jakarta (ANTARA news) - Negara-negara peserta KTT Pangan PBB di Roma, Italia, telah menyepakati komitmen bantuan pangan hanya sebesar 1 miliar dolar AS per tahun, demikian ungkap Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia PBB (WFP), Josette Sheeran, seperti dikutip dari situs resmi CNN, Jumat. Meskipun demikian, hal itu dianggap komitmen yang luar biasa sebagai solusi krisis pangan dalam jangka pendek, namun tidak cukup sebagai solusi jangka panjang. "Kami menghimbau dunia, dan mereka merespon dengan luar biasa," kata Sheeran pada penutupan KTT tiga hari untuk mencari solusi bagi krisis pangan global itu. "Ini penting bagi mereka yang tidak tahu harus makan apa sekarang dan besok." Sebelumnya, Sekjen PBB Ban Ki Moon mengatakan, sekitar 20 miliar dolar AS per tahun dibutuhkan untuk membangun sumber daya makanan bagi penyelesaian krisis pangan. WFP mengatakan, mereka juga telah memberikan bantuan tambahan sekitar 1,2 miliar dolar AS kepada 62 negara-negara yang terpukul krisis pangan global. Badan PBB itu telah menyediakan sekitar 5 miliar dolar AS bagi 90 juta orang di 78 negara tahun ini. Selain komitmen bantuan pangan dunia, para delegasi juga sepakat menambah investasi pada sektor pertanian, seperti memberi bantuan pupuk, benih, dan perlengkapan pertanian bagi petani di negara-negara miskin, dengan tujuan akhir meningkatkan produksi pangan dunia sekitar 50 persen pada 2030. Namun, para pemangku kepentingan mendesak adanya solusi jangka panjang untuk mencegah krisis pangan di masa mendatang. "Ini membutuhkan keterlibatan penuh di sektor pertanian untuk periode yang lebih panjang," kata Presiden Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian, Lennart Bage.Tanpa konsensus yang jelas KTT tersebut dianggap berakhir tanpa konsensus yang jelas atas beberapa isu penting, seperti meningkatnya permintaan tanaman pangan untuk kebutuhan biofuel dan dampaknya pada harga pangan dunia, serta tidak adanya kesepakatan dari isu penghapusan hambatan perdagangan dan isu subsidi pertanian. "Selama Anda memiliki isu subsidi di negara-negara kaya yang dikombinasikan dengan agenda perdagangan bebas di negara-negara berkembang, para petani di negara berkembang tidak dapat bersaing dengan produk-produk hasil pertanian bersubsidi dari Eropa dan AS," kata Alexander Woollcombe, jurubicara Oxfam. KTT itu sendiri tidak diharapkan untuk menghasilkan kesepakatan untuk menyelesaikan kelaparan, namun hanya rekomendasi-rekomendasi dan solusi yang bisa diimplementasi oleh negara-negara di dunia dan organisasi internasional, yang terkandung dalam sebuah rancangan atau draft kesepakatan Rekomendasi untuk jangka menengah dan panjang dalam draft kesepakatan adalah meningkatkan investasi di sektor pertanian, teknologi dan ilmu pengetahuan pertanian. Mereka juga menghimbau agar sistem produksi makanan dibuat lebih tahan dari perubahan iklim. Para pengambil kebijakan juga dihimbau untuk mencari cara untuk membantu petani dan nelayan kecil beradaptasi pada perubahan iklim, seperti memberi bantuan finansial dan investasi pada teknologi baru. Liberalisasi perdagangan adalah tema jangka panjang lainnya dalam KTT itu. Draft itu mengharapkan agar negara-negara bisa mengurangi hambatan perdagangan dan kebijakan yang mendistorsi pasar untuk membantu para petani, terutama dari negara berkembang, menjual produk dan meningkatkan produksi. Draft tersebut juga meminta dilakukannya banyak kajian pada isu biofuel, mengingat kekhawatiran biofuel akan banyak mengambil porsi makanan untuk pangan. (*)
Copyright © ANTARA 2008