Musirawas, Sumsel (ANTARA News) - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) belum lama ini telah membuat petani kian terpukul sebab telah berdampak pada kenaikan biaya produksi pertanian antara 10-15 persen.Biaya produksi yang mengalami kenaikan antara lain biaya sewa traktor tangan untuk membajak lahan, upah tanam, biaya angkut pupuk dan biaya penggilingan padi, kata beberapa petani di Desa Air Satan, Kecamatan Muara Beliti, Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan.Biaya sewa traktor tangan misalnya, sebelum kenaikan harga BBM dipatok sebesar Rp15.000/15 M2 atau sekitar Rp 660.000/Ha, kini meningkat menjadi Rp17.500/15 M2 atau sekitar Rp770.000/Ha."Biaya tanam, mulai dari cabut bibit, upah banjar, nyapak (bikin garisan) sampai dengan penanaman juga meningkat. Kini upah tanam jadi Rp13.000/15 M2 atau sekitar Rp572.000/Ha," kata Supri.Keterangan Supri juga dibenarkan dua petani lainnya, Tjahyo dan Marto yang mengaku beban hidup petani sekarang ini semakin berat, sementara tak ada pilihan pekerjaan lain. Sebelum ada rencana kenaikan BBM, biaya upah tanam masih berkisar Rp10.000/15 M2 atau sekitar Rp440.000/Ha. Biaya angkut pupuk juga naik sekitar Rp3.000/kwintal, belum lagi kenaikan biaya penggilingan padi. Jawadi, pemilik penggilingan padi yang ditemui mengaku berencana menaikkan biaya penggilingan sekitar padi sekitar 12 persen, hal itu terpaksa dilakukan untuk menutupi biaya operasional yang kian membengkak. "Dengan sangat terpaksa kita pemilik penggilingan padi harus menaikkan biaya. Memang belum ada kesepakatan dengan kawan-kawan petani, nanti akan dirundingkan, sebab sekarang aktifitas penggilingan belum terlalu padat, mengingat panen masih lama," kata pemilik penggilingan padi di Kecamatan Muara Beliti. Selama ini, biaya penggilingan berkisar 10 persen dari total jumlah pada yang digiling. Pihak penggilingan bisa saja tidak menaikkan biaya giling, dengan catatan harga beras di tingkat petani stabil dan tetap bertahan diatas Rp4.500/Kg. Jika harga beras dibawah itu, tidak akan mampu menutupi biaya operasional, tambahnya. (*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008