London (ANTARA News) - Delegasi Indonesia yang dipimpin Menteri Pertanian, Anton Apriyantono pada Pertemuan Tingkat Tinggi FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian) di Roma, menghimbau agar dapat mewujudkan ketahanan pangan, mengatasi perubahan iklim, dan mengupayakan bioenergi.
Mentan menghimbau agar krisis pangan yang sekarang tengah terjadi di dunia dapat dianalisa dengan seksama agar langkah-langkah global dapat diambil guna mengupayakan pemecahan permasalahnnya dan dapat dilakukan secara lebih komprehensif.
KTT yang dibuka Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon ini dihadiri sekitar 30 kepala negara/pemerintahan, 80-an menteri dan lebih dari 4500 anggota delegasi, serta 700 wartawan itu, berlangsung di Markas Besar FAO di Roma, demikian sekretaris I PSB KBRI Roma Pramudya Sulaksono kepada ANTARA London, Kamis.
Pemerintah Indonesia juga menghimbau agar kebijakan nasional dan internasional untuk mengatasi krisis pangan harus sejalan dan diarahkan pada pengurangan risiko ketahanan pangan diantara masyarakat miskin, penciptaan lapangan kerja, penanganan masalah lingkungan hidup, pengamanan hak-hak penduduk asli dan pencapaian pengurangan emisi gas.
Hal lain yang juga digaris-bawahi oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan bioenergi adalah mengenai perlunya keseimbangan dalam pengadaan dan permintaan biofuels antara negara maju dan berkembang.
Pemerintah Indonesia menekankan agar produksi biofuels tak sampai mengancam ketahanan pangan. Terkait hal ini, negara maju dihimbau agar dapat meningkatkan efisiensi mereka dalam penggunaan energi, sehingga permintaan untuk biofuels tidak mempengaruhi stabilitas ketahanan pangan negara/wilayah penghasil dan pemasok biofuels.
Sebagai contoh, Indonesia dalam pengembangan biofuels-nya lebih ditekankan pada produksi biofuels yang berasal dari pohon jarak (bukan bahan pangan).
Pada hari kedua KTT yang berlangsung sejak tanggal 2 Juni itu, juga diadakan, tiga pertemuan paralel, yaitu pertemuan plenari yang melanjutkan agenda hari sebelumnya yaitu pembacaan statement oleh para ketua delegasi.
Pertemuan kedua adalah pertemuan Round Table yang membahas empat isu utama, yaitu tingginya harga pangan, perubahan iklim dan ketahanan pangan, penyakit menular dan hama, serta bioenergi dan ketahanan pangan. Pertemuan paralel lainnya adalah pembahasan deklarasi KTT.
Tercatat sebanyak delapan kepala negara/pemerintahan dan sekitar 40 menteri menyampaikan pernyataannya, termasuk Menteri Pertanian, Anton Apriyantono yang membacakan pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sementara itu, dalam pertemuan penyusunan deklarasi KTT, pembahasan hampir menemui jalan buntu, pada saat sejumlah negara bersikeras mempertahankan pendirian masing-masing di sejumlah isu yang bertentangan.
Adapun isu-isu yang kesepakatan perumusannya masih belum dicapai adalah pengaturan perdagangan produksi pangan, isu mengenai keterkaitan antara produksi biofuels dengan ketahanan pangan, dan identifikasi faktor-faktor penyebab dari naiknya harga pangan.
Dalam kesempatan menghadiri KTT ini, Menteri Pertanian mengadakan pertemuan bilateral dengan sejumlah menteri pertanian negara anggota FAO untuk membicarakan hubungan serta kerjasama pertanian, yaitu diantaranya dengan Arab Saudi, Selandia Baru, Filipina, Malaysia, Inggris, demikian Pramudya Sulaksono.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008