Jakarta, (ANTARA News) - Sejumlah anggota DPR lintas fraksi menyatakan sikap menolak pelepasan saham PT Krakatau Steel dengan pola "strategic sales" karena mereka anggap akan merugikan negara. Pernyataan bersama tersebut disampaikan di Jakarta, Kamis, oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat Syarief Hasan, Zulkifliemansyah (Fraksi PKS), Alvin Lie (FPAN) dan Ade Daud Nasution (FPBR). Mereka menilai privatisasi dengan pola "strategic sales" itu jelas tidak menguntungkan negara. Para anggota DPR itu menunjuk pola serupa di PT Indosat yang banyak dikecam merugikan negara. Berbeda halnya dengan pola Initial Public Offering (IPO) pada PT Telkom dan Bank BRI, negara justru mendapat banyak keuntungan. Di tempat terpisah, Fraksi PDI Perjuangan mempertanyakan rencana penjualan PT Krakatau Steel (KS). Fraksi PDI Perjuangan, ujar Hasto Kristyanto, anggota Komisi VI DPR dari FPDIP, menilai manuver pemerintah yang mendorong privatisasi KS melalui metode "strategic sales" telah mencederai politik privatisasi. Privatisai itu seharusnya dimaksudkan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memperluas kepemilikan masyarakat atas saham persero serta untuk mendorong BUMN agar menjadi pemimpin di setiap industri yang dimasukinya. Karena itu, katanya, Meneg BUMN seharusnya bertindak tegas mencegah intervensi pihak-pihak tertentu yang berkepentingan menjadikan KS sebagai subordinat perusahaan global. "Karena itulah langkah privatisasi melalui Initial Public Offer (IPO) adalah cara terbaik yang menjamin adanya transparansi dan kesesuaian dengan politik privatisasi," katanya. Lebih lanjut Hasto mengatakan, sebaiknya saham PT KS yang dilepas ke publik maksimal sebesar 35 persen guna menjaga kepentingan nasional atas industri strategis yang mampu memberikan kontribusi terbaik pada perekonomian nasional. Dari sisi politik, rencana penjualan saham menjelang pemilu 2009 ini juga bisa menimbulkan praduga seperti upaya mengumpulkan dana politik. "Daripada timbul berbagai dugaan, lebih baik pemerintah mendengar aspirasi yang muncul dari parlemen," tegas Hasto.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008