Jakarta (ANTARA) - Fasilitas untuk pejalan kaki di wilayah DKI Jakarta belum mendukung aktivitas fisik warga menurut dr Zaini K Saragih Sp.KO, dokter spesialis kesehatan olahraga dari Rumah Sakit MMC Jakarta.
"Di Jakarta sedang dibangun jalan trotoarnya, tapi kalau masyarakat jalan di Jakarta (bisa kena) ISPA karena polusinya tinggi. Itu yang disebut tidak walkabillity," kata Zaini dalam temu media dalam rangka Hari Olahraga Nasional di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu.
Selain itu, dia menyebut pembangunan infrastruktur untuk pejalan kaki di DKI Jakarta belum menyeluruh, tidak mencakup seluruh bagian jalan. Penghalang seperti pohon dan rambu lalu lintas juga kadang masih ada di tengah trotoar.
"Trotoar kadang ada, kadang tiba-tiba hilang. Tidak ada zebra cross untuk menyebrang," kata Zaini.
Dia lalu menceritakan pengalamannya melihat warga negara asing yang kebingungan saat berjalan kaki di trotoar Jakarta karena tidak menemukan zebra cross untuk menyeberang.
Dokter Zaini berharap upaya untuk meningkatkan akitivitas fisik masyarakat guna mengurangi obesitas yang bisa berujung pada penyakit tidak menular bisa dikerjakan bersama-sama oleh instansi lintas sektor.
Kementerian Kesehatan yang mengajak masyarakat melakukan Gerakan Hidup Sehat, kementerian terkait lain, dan pemerintah daerah bisa bekerja sama untuk menyediakan sarana aktivitas fisik warga yang memadai.
Data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan menunjukkan, prevalensi obesitas pada orang dewasa terus meningkat dari 10,5 persen pada 2007 menjadi 14,8 persen pada 2013 dan 21,8 persen pada 2018.
Menurut Zaini, dampak tingginya angka obesitas di Indonesia akan tampak lima tahun ke depan. Obesitas atau kegemukan erat kaitannya dengan penyakit tidak menular seperti stroke, diabetes, penyakit jantung, dan ginjal.
Baca juga:
Koalisi Pejalan Kaki harapkan fasilitas trotoar di pinggiran Jakarta
Kawasan ganjil-genap ditambah, Gubernur siap fasilitasi pejalan kaki
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019