Yala, Thailand (ANTARA News) - Pemerintah Thailand berencana akan mempelajari apa yang dapat diambil dari cara Indonesia menangani pemberontakan di Aceh, jurubicara pemerintah Wichianchot Sukchotrat menyatakan kepada AFP, Rabu. Kabinet, Selasa, memerintahkan kementerian dalam negeri dan badan pemerintahan selatan "untuk mempelajari model perdamaian Aceh untuk menyelesaikan masalah pemberontakan di wilayah selatan kami," kata Wichianchot. Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menandatangani perjanjian perdamaian dengan pemerintah Indonesia di Helsinki tahun 2005, yang mengakhiri perjuangan mereka bagi kemerdekaan dengan imbalan otonomi luas. Perjanjian perdamaian itu mengakhiri hampir tiga dasawarsa aksi kekerasan yang menewaskan lebih dari 15.000 orang. Wilayah Thailand selatan yang berpenduduk mayoritas beragama Islam dulunya adalah sebuah kesultanan Melayu Muslim sampai Thailand yang berpenduduk mayoritas beragama Budha mencaploknya tahun 1902, sehingga memicu ketegangan selama puluhan tahun. Aksi kekerasan terbaru meletus Januari 2004. Sementara itu empat orang tewas dalam serangan yang diduga dilakukan kelompok separatis di seluruh Thailand selatan, kata polisi, Rabu, termasuk seorang wanita tewas ketika sebuah bom menghantam sebuah pekan raya. Bom itu Selasa petang itu menghantam acara tahunan yang diselenggarakan Palang Merah Thailand di provinsi Yala. Seorang wanita Budha berusia 24 tahun tewas, sementara empat orang lainnya luka parah, kata polisi Yala, Di provinsi yang sama Selasa petang, dua pria Muslim dan seorang wanita tewas ketika para gerilyawan menembaki rumah mereka saat sedang shalat Magrib, kata pihak berwenang lokal. Para pejabat polisi selatan baru-baru ini mengumumkan jumlah korban tewas dalam aksi kekerasan lebih dari empat tahun mencapai 3.300 orang, dan pemerintah Thailand telah berusaha mencari penyelesaian untuk mengatasi aksi kekerasan itu. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008