Beijing (ANTARA News) - Bank Sentral China melaporkan, perekonomian negerinya mulai stabil, sekalipun kebutuhan sejumlah komoditi meningkat menyusul terjadinya gempa yang memungkinkan terjadinya tekanan inflasi. "Meskipun tanggal 12 Mei terjadi gempa yang menyebabkan kerusakan di Sichuan dan provinsi sekitarnya, tren umum mengarah pada pertumbuhan rata-rata ekonomi stabil dan tidak berubah," demikian laporan Bank Sentral China seperti dikutip China Daily, di Beijing, Rabu. Dalam laporan itu disebutkan, nilai produksi ekonomi di wilayah yang kena dampak gempa hanya sebesar 0,25 persen dari total nasional. Meskipun mengambil nilai kecil secara nasional, tapi untuk rekonstruksi bangunan yang membutuhkan banyak permintaan seperti semen, baja, dan bahan bangunan lainnya tampaknya akan bisa menambah tekanan terhadap inflasi. "Tekanan inflasi masih tetap resiko terbesar dalam ekonomi China. Mengekang lonjakan harga tetap merupakan tugas utama pemerintah China," kata laporan itu yang dipublikasikan di Jurnal Sekuritas China. Rata-rata inflasi China mencapai angka tinggi selama 12 tahun dalam beberapa bulan ini, di saat pada April 2008 mencapai 8,5 persen. Menurut Kementrian Perdagangan, harga makanan turun 0,7 persen pekan lalu. Sekalipun sejumlah data dan beberapa perkiraan baru-baru ini menyebutkan indeks harga konsumen (IHK) pada Mei akan berada di bawah delapan persen, laporan bank sentral mencatat perlunya China untuk mengendalikan investasi dan mencegah meningkatnya kelebihan pinjaman. Munculnya kembali pertumbuhan kuat di pasar domestik, menyebabkan pertumbuhan ekonomi China mencapai 10,6 persen dalam kurtal pertama tahun ini, sekalipun situasi ekonomi di China belum pulih akibat krisis kredit. Dalam laporan terpisah, Fitch Rating dalam laporannya menyebutkan ekonomi China diperkirakan tumbuh 10 persen selama 2008, dengan inflasi selama tahun ini mencapai enam persen hingga tujuh persen. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008