Petani sudah antusias tanpa mengharapkan benih gratis, lebih condong varietas padi unggul Batan

Sumatera Selatan (ANTARA) - Masyarakat dan petani di Kabupaten Polewali Mandar di Sulawesi Barat meminati beras dari varietas padi unggul yang diciptakan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan diseminasikan oleh Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD) Agro Techno Park (ATP) di Kabupaten Polewali Mandar.​​​​​​

Kepala Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda Litbang) Pemkab Polman, M Jumadil di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Rabu.mengatakan strategi dalam mempromosikan varietas padi unggul Batan adalah dengan secara langsung memperkenalkan beras sehingga diperoleh testimoni dari pejabat setempat dan masyarakat yang bisa langsung mencoba beras tersebut.

"Kita perkenalkan berasnya pulen, harum, kita cap dengan cap nuklir kemudian kita secara masif promosi langsung dan melalui media sosial. Kita minta testimoni ke pejabat dan masyarakat yang mencoba untuk bercerita tentang rasa berasnya, aroma beras ini khas, rasanya enak," kata Jumadil kepada Antara

Pada 4 September 2019, akan dilakukan panen raya padi varietas Batan program ATP Kabupaten Musi Rawas di Desa G1 Mataram Kecamatan Tugumulyo di Sumatera Selatan. Panen raya itu dihadiri oleh Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan dan pemerintah daerah setempat.

Jumadil menuturkan pihaknya juga melayani pesanan daring untuk beras "nuklir" dengan mengantar langsung ke konsumen di daerah setempat.

Benih unggul bermutu memiliki sifat-sifat berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit tanaman, umur tanamnya pendek, dan rasa nasinya enak.

Penelitian dan pengembangan aplikasi teknologi isotop dan radiasi yang dilakukan Batan berkontribusi terhadap pengkayaan jumlah varietas nasional Indonesia.

Batan secara intensif terus melakukan penelitian dan pengembangan untuk menciptakan varietas unggul baru.


Baca juga: Kementan gandeng BATAN memacu ekspor produk pertanian


Manager ATP Polewali Mandar di Sulawesi Barat Mohammad Yunus mengatakan petani antusias membudidayakan benih padi "nuklir" ciptaan Batan karena merasakan sendiri peningkatan produktivitas padi dan kualitas beras yang jauh lebih baik dari padi yang biasa mereka tanam.

"Petani sudah antusias menggunakan benih Batan dengan melihat segi produksi dibandingkan benih yang biasa dia kembangkan terutama kualitas berasnya," ujarnya.

Yunus mengatakan ATP Polewali Mandar memberikan pemahaman dan sosialisasi bahwa benih padi Batan tidak berbahaya. Petani setempat juga menyakini bahwa benih padi Batan berkualitas dan aman, sehingga meminati untuk pembudidayaan padi itu agar mendapatkan produktivitas yang lebih banyak dan kualitas yang lebih unggul.

"Petani Polewali Mandar sudah memahami dan berkeinginan terhadap benih berlabel khusus dari Batan, dia tidak persoalkan dari segi harga," tuturnya.

ATP Polewali Mandar bahkan menggelar makan bersama dengan pejabat dan masyarakat setempat untuk merasakan langsung citarasa beras dari varietas padi unggul Batan dan memberikan testimoni.

ATP Polewali Mandar bahkan mengirimkan empat ton beras dari panen varietas padi unggul Batan untuk bantuan korban gempa di Palu.

Baca juga: BATAN dan Kemenperin kolaborasi terapkan Iradiasi untuk industri

"Petani sudah antusias tanpa mengharapkan benih gratis, dia lebih condong varietas padi unggul Batan, khususnya dia lebih memahami peningkatan produksi," ujar Yunus.

Yunus menceritakan pada saat panen padi di demplot penangkaran milik ATP Polewali Mandar, petani setempat dapat melihat proses budidaya hingga panen di situ. Bahkan sebelum panen selesai, petani mengantre untuk membeli hasil gabah kering panen. Mereka bisa mencoba langsung rasa beras tersebut.

Kawasan sains dan teknologi di bidang pertanian (ATP) Polewali Mandar melakukan diseminasi produk hasil penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir yakni berupa varietas padi unggul yang dihasilkan Batan.

Adapun varietas yang disebarluaskan untuk dimanfaatkan petani di daerah itu antara lain Wolya, Bestari, Tropiko dan Sidenuk.

Pada lahan seluas 4,95 hektare, dengan melibatkan 15 petani, varietas padi wolya ditanam dengan kapasitas produksi 8,9 ton gabah kering panen per hektare.

Dengan melibatkan delapan petani, varietas padi ditanam di lahan seluas 2,06 hektare dengan jumlah produksi sebanyak 10,8 ton gabah kering panen per hektare.

Di lahan seluas 2,79 hektare, sembilan petani menanam varietas padi Tropiko dengan produksi 20,8 ton gabah kering panen per hektare.

Sementara, satu petani menanam varietas padi Sidenuk di lahan seluas 0,20 hektare dengan produktivitas gabah kering panen 9,5 ton per hektare.


Baca juga: Batan sebut varietas kedelai sulit bersaing dibanding padi

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019