Sidoarjo (ANTARA News) - Tanggul penahan lumpur Lapindo Brantas di titik 45, tepatnya di Desa Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo, jebol sekitar 10-15 meter dengan kedalaman empat meter.
Jebolnya tanggul diawali dengan retak-retak, kemudian disusul penurunan tanah yang terjadi dalam lima hari terakhir ini, bahkan penurunannya kini mencapai dua meter.
Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Ahmad Zulkarnain ditemui di lokasi, Selasa mengatakan, jebolnya tanggul ini dirasakan oleh pekerja yang sedang melakukan evakuasi penurunan tanah.
"Setelah melakukan penutupan, lima menit kemudian luberan lumpur mulai merembes dan keluar melalui retakan. Saat ini lumpur mengalir ke arah Desa Siring dan Kedungbendo," katanya.
Menurut dia, meski daya tampung di pond sisi utara masih cukup, tetapi BPLS meminta agar rembesan lumpur tidak ditampung di pond tersebut dan menutup tanggul dengan material supaya tekanan tanggul berkurang.
BPLS berharap dalam waktu dua hari ini tanggul yang jebol bisa ditutup kembali. Saat ini yang dilakukan BPLS menutup tanggul dan mengalirkan lumpur ke arah selatan dan timur.
Teliti bubble baru
Sementara ini, Tim Fergaco, Selasa melakukan penelitian di semburan (bubble) baru yang ke-90 di sekitar area persawahan Desa Wunut, Kecamatan Porong, Sidoarjo.
Menurut Zulkarnain, bubble tersebut mempunyai kandungan gas 85 persen yang terdiri dari CO, CO2 dan campuran dari keduanya.
"Semburan ini dinyatakan tidak berbahaya karena posisi berada di tengah sawah dan jauh dari permukiman penduduk," katanya.
Ia mengatakan, semburan baru ini merupakan semburan satu koordinat dengan semburan sebelumnya yang berada di Desa Pamotan yang berjarak 100 meter dari Desa Wunut dan 1,5 km dari pusat semburan.
Hingga saat ini Tim Fergaco dan BPLS masih memantau semburan tersebut dan belum melakukan tindakan yang berarti karena dirasa belum berbahaya. BPLS juga belum bisa menemui pemilik tanah.
Semburan tersebut pertama kali ditemukan petani yang sedang panen, saat membakar jerami tiba-tiba api tidak bisa padam sampai dua hari, bahkan di malam hari api terlihat berkobar, kemudian ditemukan semburan baru tersebut.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008