Kebutuhan untuk sumber daya manusia di kawasan Asia Pasifik tetap signifikanJakarta (ANTARA) - Maskapai penerbangan Boeing menyatakan, kebutuhan sumber daya manusia industri penerbangan di kawasan Asia Pasifik bakal melesat dan diperkirakan akan mewakili lebih dari sepertiga permintaan global dalam 20 tahun mendatang.
"Kebutuhan untuk sumber daya manusia di kawasan Asia Pasifik tetap signifikan, dan kami berharap tren ini akan berlanjut," kata Wakil Presiden Pelatihan & Layanan Profesional Boeing Global Services, Keith Cooper, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Boeing melaporkan bahwa kawasan Asia Pasifik terus mendorong permintaan global untuk pilot komersial, teknisi, dan awak kabin.
Wilayah ini mewakili lebih dari sepertiga dari permintaan global yang diantisipasi, atau secara total 816.000 sumber daya manusia baru dalam industri penerbangan komersial selama 20 tahun ke depan.
"Boeing mendukung seluruh siklus hidup pesawat terbang dalam rangka membantu memastikan bahwa pelanggan kami memiliki personel yang memenuhi syarat untuk menerbangkan, merawat, dan bertugas di pesawat," katanya.
Berdasarkan data Boeing, selama 20 tahun ke depan, maskapai penerbangan di seluruh dunia akan membutuhkan 44.000 pesawat baru, dengan lebih dari 17.000 pesawat, atau 39 persen, dari pesawat tersebut dikirimkan ke kawasan Asia Pasifik.
Prakiraan tersebut memproyeksikan bahwa kawasan Asia Pasifik akan membutuhkan 244.000 pilot komersial baru, atau 38 persen dari 645.000 pilot komersial yang akan dibutuhkan secara global.
Rincian secara regional adalah China sekitar 124.000 pilot, kawasan Asia Tenggara sekitar 49.000 pilot, kawasan Asia Selatan sekitar 41.000 pilot, kawasan Asia Timur
Laut sekitar 19.000 pilot, dan Oseania 11.000 pilot.
Kawasan Asia Pasifik juga diperkirakan akan memimpin permintaan global untuk teknisi pemeliharaan (249.000 orang, atau 39 persen dari permintaan global) dan awak kabin (323.000 orang, atau 37 persen dari permintaan global), dengan China memimpin permintaan untuk keduanya (124.000 teknisi pemeliharaan dan 150.000 kru kabin).
Ia memaparkan, Boeing bermitra dengan pelanggan, pemerintah, dan lembaga pendidikan untuk memastikan pasar disiapkan untuk memenuhi permintaan pelatihan selama 20 tahun ke depan, dan menawarkan perangkat kru terdepan di industri ini yang didukung analitika untuk membantu meningkatkan efisiensi dan stabilitas operasional.
Baca juga: Dampak 737 MAX, Boeing catat kerugian 3 miliar dolar di kuartal kedua
Baca juga: Boeing 737 MAX tak mungkin mulai kembali angkut penumpang hingga 2020
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019