Semen itu sangat lokal, tidak untuk impor

Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut kekhawatiran Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia (FSP ISI) atas impor produk semen asal China berakar dari masalah persaingan.

Ia pun menyebut aksi jual rugi (predatory pricing) yang diduga dilakukan oleh perusahaan semen asal China di pasar Indonesia bukan masalah utamanya.

"Ini masalahnya bukan itu (predatory pricing), masalahnya persaingan," ujarnya ditemui di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Selasa.

Airlangga menjelaskan semen merupakan salah satu produk yang sangat lokal, di mana hanya bisa diproduksi di dalam negeri dengan bahan baku di negara tersebut.

Jika Indonesia mengimpor semen dari China, maka harga produk tersebut seharusnya jauh lebih mahal dari semen produksi domestik.

"Semen itu sangat lokal, tidak untuk impor. Lagipula impor itu kan bayar PPN, PPh, itu saja sudah 20 persen. Harga impor dan domestik bedanya sudah besar," katanya.

Airlangga pun mengaku akan melakukan upaya teknis untuk menangani masalah tersebut.

Terkait dugaan predatory pricing yang dilakukan perusahaan semen asal China, Wasekjen Partai Gerindra Andre Rosiade dan Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia (FSP ISI) bertemu dengan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko untuk audiensi pada Senin (2/9).

Andre juga telah melaporkan hal tersebut kepada Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) karena dianggap melanggar UU Nomor 5 Tahun 1999 pasal 20 tentang aktivitas jual rugi (predatory pricing) yang dilakukan oleh pabrik semen asal China.

Andre mengatakan terdapat sinyal jual rugi yang dilakukan oleh semen China dengan indikasi perbedaan harga yang sangat jauh antara produk semen lokal dengan semen pabrikan China.

Padahal, lanjut dia, komponen bahan, sistem pembuatan dan biaya produksi relatif sama.

"Memang secara rata-rata biaya produksi semen lokal lebih mahal salah satunya karena komponen upah buruh yang berbeda antara pabrik lokal dengan pabrik asal China, namun bila dihitung dalam skala ekonomi perbedaan ini tidak terlalu signifikan. Tapi kok selisih harganya bisa begitu jauh. Ini ada apa," kata Anggota DPR RI terpilih periode 2019-2024 itu mempertanyakan.

Baca juga: Menperin akan cek harga semen untuk lindungi produk lokal
Baca juga: Menteri BUMN janji pangkas disparitas harga semen di Papua

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019