Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali menantang para pakar di bidang energi untuk mencari dan menemukan sumber-sumber energi baru untuk menggantikan sumber energi yang berasal dari fosil. "Atas nama rakyat presiden meminta orang-orang terbaik di bidang energi ini apa yang bisa dilakukan. Teknologi dan inovasi apa yang bisa menggeser `peak oil`," kata Menristek Kusmayanto Kardiman usai pertemuan presiden dengan sekitar 60 pakar energi di gedung Sekretariat Negara Jakarta, Senin. Teori `peak oil` menurut Kardiman adalah teori yang menyatakan bahwa minyak bumi akan habis dalam waktu 20 tahun lagi, gas habis dalam 50 tahun ke depan dan batu bara habis 150 tahun lagi. Presiden juga meminta para pakar itu mencari sumber-sumber energi lain yang berasal dari panas bumi, sungai, sinar matahari dan laut. Ke-60 pakar tersebut diminta dalam waktu dua minggu untuk bertemu kembali dengan presiden guna mempresentasikan gagasan-gagasannya mengenai sumber energi terbaru. Menurut Kusmayanto, para pakar itu akan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu yang bertugas mencari gagasan mengenai optimalisasi dari energi fosil, energi nuklir dan energi biomassa. Di bidang biomassa, presiden berpesan agar gagasannya tidak berbenturan dengan kebutuhan pangan masyarakat. Dijelaskan Kusmayanto untuk kondisi Indonesia, energi baru yang paling siap diolah adalah energi panas bumi karena teknologinya sudah dikuasai. "Tidak ada alasan untuk tidak segera mengolah energi panas bumu. Cuma terkendala keberanian pemerintah dalam menentukan harga yang kompetitif," katanya. Ditambahkannya, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro sudah setuju untuk mengembangkan energi ini dan akan segera mengeluarkan Keputusan Menteri. Dalam pertemuan itu, menurut Menristek, Presiden juga menjelaskan mengenai teori Methanol Economy, yaitu teori yang mengembangkan energi bersumber dari udara dan air. "Di alam kita kan ada udara yang mengandung nitrogen, oksigen dan Co2. Di laut dan sungai ada hidrogen dan oksigen. Bisakah kita menjadikannya energi," kata Kusmayanto menirukan ucapan presiden pada pertemuan itu. Mengenai program biofuel, Kusmayanto mengatakan akan tetap dilakukan karena target dan strateginya sudah bagus. "Action riilnya yang kurang karena belum ditemukan tanaman varietas yang unggul untuk meningkatkan efisiensi," katanya. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008