Inflasi Jatim pada Agustus 2019 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang sama pada 2018.

Surabaya (ANTARA) - Provinsi Jawa Timur mengalami inflasi 0,12 persen pada Agustus 2019 karena ada beberapa komoditas yang menjadi pendorong seperti emas, biaya sekolah dasar, dan cabai rawit.

"Cabai rawit masih menjadi komoditas yang mengalami kenaikan. Efeknya masih dirasakan sampai Agustus 2019," kata Kepala Badan Pusat Statistik Jatim Teguh Santoso di Surabaya, Selasa.

Ia mengatakan, inflasi Jatim pada Agustus 2019 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang sama pada 2018.

Pada Agustus 2018 Jatim mengalami inflasi sebesar 0,11 persen, sedangkan Agustus 2019 mengalami inflasi sebesar 0,12 persen, yaitu dari 135,57 poin menjadi 135,74 poin.

Sementara itu, berdasarkan penghitungan angka inflasi di delapan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur selama Agustus 2019, tujuh kota mengalami inflasi dan satu kota mengalami deflasi.

Baca juga: Rupiah menguat pasca rilis data inflasi Agustus

Inflasi tertinggi terjadi di Jember 0,33 persen, diikuti Probolinggo sebesar 0,27 persen, Malang sebesar 0,19 persen, Surabaya 0,11 persen, Sumenep 0,10 persen, Banyuwangi 0,08 persen, dan Madiun sebesar 0,04 persen.

Kota yang mengalami deflasi yaitu Kediri sebesar 0,23 persen.

"Jika dibandingkan berdasarkan tingkat inflasi kalender 2019 di 8 kota IHK Jawa Timur, Banyuwangi merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi yaitu mencapai 1,94 persen. Sedangkan kota yang mengalami inflasi kalender terendah adalah Kediri yang mengalami inflasi sebesar 0,93 persen," kata Teguh kepada wartawan.

Sementara itu dari tujuh kelompok pengeluaran di Jatim, lima kelompok mengalami inflasi dan dua lainnya mengalami deflasi, dengan inflasi tertinggi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 1,55 persen.

Baca juga: Kenaikan harga cabai rawit beri andil terhadap inflasi Kota Malang

Diikuti kelompok sandang sebesar 1,37 persen, kesehatan sebesar 0,12 persen, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,11 persen, serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, serta tembakau sebesar 0,04 persen.

Kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan 0,57 persen, dan kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan yaitu sebesar 0,17 persen.

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019