Jakarta (ANTARA News) - Organisasi Islam Muhammadiyah mendorong pemerintah untuk bersikap tegas terhadap kelompok yang berulangkali melakukan kekerasan.Usai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan ia berdiskusi dengan Presiden tentang kekerasan yang terjadi pada peringatan hari lahir Pancasila di Silang Monas, Jakarta 1 Juni 2008."Itu jelas tindakan kriminal yang harus ditindak tegas. Pemerintah agar melakukan tindakan jelas dan nyata, jangan sampai tindakan ini merajalela karena ini hanya akan jadikan Indonesia sebagai negara kekerasan," tutur Din.Negara, lanjut dia, diharapkan melakukan langkah-langkah nyata dengan cara penegakan hukum secara konsisten. Din mengatakan, kekerasan yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) pada 1 Juni 2008 memang tidak bisa dilepaskan dari ketidaktegasan pemerintah soal ajaran Ahmadiyah. Muhammadiyah, lanjut Din, untuk itu pada 11 Juni 2008 memprakarsai sebuah diskusi antara pimpinan Ahmadiyah dengan ormas-ormas Islam. "Dalam kaitan dengan perbedaan keagamaan itu, Muhammadiyah memprakarsai dialog antara pimpinan Ahmadiyah dengan Ormas-ormas Islam," tuturnya. Muhammadiyah, menurut Din, tidak dalam kapasitas mendukung atau menolak dibubarkannya sebuah organisasi. "Keberadaan sebuah kelompok itu bukan urusan masyarakat. Kita harus hidup bersama dengan semua kelompok yang ada di muka bumi ini," ujarnya. Negara, lanjut dia, juga tidak boleh melakukan intervensi terhadap aspek keyakinan dan paham dari suatu masyarakat. Tetapi, Din mengatakan, negara boleh membubarkan suatu kelompok ditinjau dari aspek sosial apabila menimbulkan kekerasan dan kekacauan di tengah masyarakat. Kedatangan Din ke Kantor Kepresidenan untuk mengundang Presiden Yudhoyono membuka forum kedua perdamaian dunia yang akan diselenggarakan Muhammadiyah pada 24 hingga 26 Juni 2008. Forum yang mengambil tema ketegasan sikap terhadap kekerasan itu akan menghadirkan 100 tokoh dunia dari beragam bidang seperti agama, ekonomi dan politik.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008