London (ANTARA News) - Sven-Goran Eriksson meninggalkan posisinya selaku Manajer Klub Manchester City pada Senin, walau baru satu musim menangani klub Liga Utama Inggris (Premiership) tersebut. Sebuah pernyataan dari klub di situs web resmi (www.mcfc.co.uk) mencatat bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri kerjasama yang telah terjalin. Segera setelah pengumuman tersebut, nama Mark Hughes muncul sebagai calon kuat pengganti pelatih asal Swedia berusia 60 tahun itu. Apalagi, hanya selang beberapa jam, klub yang dilatih Hughes, Blackbrun Rovers, menyatakan dalam situs webnya (www.rovers.premiumtv.co.uk) bahwa Hughes diizinkan untuk berbicara dengan City. Masa depan Eriksson sebenarnya telah menjadi ajang spekulasi sejak beberapa bulan lalu ketika City mengakhiri musim dengan menyedihkan. "Dewan Direktur dan semua di Manchester City berterima kasih kepada Sven untuk usaha dan kontribusinya sepanjang musim dan kami berharap yang terbaik untuknya. Sven tetap seorang sahabat bagi klub ini," kata ketua eksekutif City Alistair Mackintosh dalam sebuah pernyataan tertulis. Meski mantan pelatih Benfica, Lazio dan tim nasional Inggris itu berhasil membawa City menempati peringkat kesembilan di Liga Utama Inggris tetapi dirinya terus ditekan oleh pemilik klub Thaksin Shinawatra. Pada pertandingan penutup musim lalu, City dilumat Middlesbrough 1-8, tetapi Eriksson masih merupakan sosok yang populer di mata penggemar City. "Saya menikmati masa-masa di Manchester City dan khususnya saya ingin berterima kasih kepada fans, pemain dan staf untuk dukungan luar biasa mereka sepanjang musim," kata Eriksson. "Saya berharap klub dan semua yang ada di dalamnya lebih sukses di tahun-tahun mendatang," imbuhnya. Eriksson, orang asing pertama yang melatih sepakbola di Inggris, ditunjuk sebagai manajer City pada Juli 2007, segera setelah Thaksin yang mantan Perdana Menteri (PM) Thailand mengambil alih klub itu. Hal itu adalah pekerjaan pertamanya sejak meninggalkan Inggris usai Piala Dunia 2006 di Jerman dan klub pertamanya sejak meninggalkan Lazio pada 2001. Eriksson, yang menggantikan Stuart Pearce, segera memulai pembelian pemain besar-besaran untuk menjadikan City sebagai kekuatan yang disegani di Liga Utama Inggris. Pemain baru yang direkrut termasuk gelandang Brazil, Elano Blumer, bek Kroasia, Vedran Corluka, dan bek Spanyol, Javier Garrido. Selain itu, ada juga pemain sayap Bulgaria, Martin Petrov, serta striker Italia, Rolando Bianchi. Meski banyak dihuni pemain baru tetapi tim itu langsung menyatu dan mengawali musim dengan meyakinkan. Mereka menundukkan West Ham United saat tandang pada partai pembuka musim dan kemudian menempati posisi puncak klasemen setelah mengalahkan tim sekota Manchester United. City terus menjadi kekuatan utama untuk merebut posisi empat besar berkat kemenangan dalam sembilan laga kandang beruntun. Tetapi nasib mereka berbalik pada awal 2008. Performa mereka terus menurun sehingga kesulitan untuk bersaing merebut tiket ke Liga Champion Eropa musim depan. Walau demikian mereka masih bisa mengalahkan Manchester United 2-1 pada Februari di Old Trafford, kemenangan pertama mereka di kandang lawan selama 34 tahun terakhir. Namun, hanya beberapa pekan setelah kemenangan itu, keraguan mengenai masa depan Eriksson kembali muncul setelah Thaksin dikatakan frustrasi dengan kegagalan City mempertahankan performa mereka. Pada Mei, media Portugal memberitakan bahwa Eriksson sedang berbicara dengan Benfica untuk kembali melatih klub itu sementara agennya mengatakan sepertinya tidak mungkin kliennya bertahan di City musim depan. Setelah kekalahan 1-8 di kandang Middlesbrough pada 11 Mei, Eriksson dipanggil untuk berbicara dengan pemilik klub untuk membahas masa depannya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008