Semarang (ANTARA News) - Kalangan peternak ayam di Kota Semarang, Jawa Tengah, kelabakan, menyusul kenaikan harga "day old chicken" --DOC-- (ayam umur sehari) di pasaran yang terkena imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).Menurut para peternak ayam, di Semarang, Senin, harga DOC di pasaran belakangan ini naik cukup signifikan, yakni sebesar Rp1.000 per ekor sehingga membuat beban kalangan peternak ayam bertambah berat.Sudardi (56), peternak ayam di daerah Gunungpati Semarang, mengatakan, harga DOC di pasaran belakangan ini mencapai sebesar Rp4.500 per ekor, padahal sebelumnya hanya sebesar Rp3.500 per ekor."Nasib peternak ayam bertambah berat karena harga DOC naik cukup signifikan. Nggak tahu kita bisa bertahan atau tidak melangsungkan usaha yang sudah berjalan cukup lama ini," katanya yang sudah menggeluti ternak ayam selama 14 tahun ini.Dengan adanya kenaikan harga DOC, katanya, maka dirinya terpaksa akan menaikkan harga jual ayam. "Mau tidak mau kita memang harus menaikkan harga jual ayam di pasaran agar tidak merugi," katanya yang rata-rata beternak 500 ekor ayam. Ia mengaku setiap 3 bulan sekali dirinya bisa memanen ayam yang dijual ke pasar yang rata-rata beratnya antara 1,5 kg-2 kg per ekor dengan harga jual antara Rp11.000 per ekor-Rp13.000 per ekor. "Kenaikan harga DOC kini juga disusul dengan kenaikan harga pakan ternak ayam sehingga membuat beban berat peternak bertambah komplit. Semua serba naik, nasib kita tambah tak menentu," kata Suratman (51) peternak ayam di Mranggen. Harga pakan ayam di pasaran yang sebelum ada kenaikan harga BBM hanya sebesar Rp3.750 per kilogram kini naik menjadi sebesar Rp4.500 per kilogram. Kenaikan harga sebesar Rp750 per ekor memberatkan peternak. "Nasib peternak ayam bertambah berat karena pakan ternak naik cukup signifikan. Nggak tahu kita bisa bertahan atau tidak melangsungkan usaha yang sudah berjalan cukup lama ini," katanya. Dengan adanya kenaikan harga pakan ternak, katanya, dirinya akan mengurangi jumlah asupan makanan sekitar 700 ekor ayam miliknya agar usaha peternakan yang sudah digelutinya selama 12 tahun bisa bertahan.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008