Kudus (ANTARA News) - Dua dari enam mahasiswa peserta aksi mogok makan menentang kenaikan harga bahan bakar mesin (BBM) di Kudus, Jawa Tengah, Senin, dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat, karena mengalami dehidrasi.
Sebelumnya, satu orang peserta aksi yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa dan Rakyat (AMAR) menggugat Kudus, yang bernama Saiful dari PRD lebih dulu dilarikan ke rumah sakit pada Minggu (1/6) malam, dan menjalani perawatan di ruang UGD RSUD Kudus dengan keluhan yang sama.
Sedangkan seorang lagi, Mustafid dari LMND, Senin siang dilarikan ke rumah sakit karena mengalami dehidrasi.
Dua orang peserta aksi mogok makan lainnya, tidak sampai dirawat di rumah sakit karena mengunduran diri pada Minggu siang, akibat tidak kuat menahan lapar selama dua hari sejak aksi mogok makan dimulai pada hari Jumat (30/5) siang.
Menurut juru bicara AMAR Kudus, Kholid Mawardi, di Kudus, Senin, aksi yang dimulai sejak Jumat lalu, pada awalnya hanya diikuti tiga mahasiswa, kemudian bertambah tiga orang peserta lagi menjadi enam orang.
Enam peserta aksi mogok makan tersebut, berasal dari Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND) sebanyak dua orang, BEM STAIN satu orang, BEM UMK satu orang, dan Partai Rakyat Demokrasi (PRD) dua orang.
"Saat ini yang masih bertahan hanya dua mahasiswa, dari BEM UMK Kudus dan PRD," katanya.
Ia mengatakan, semua peserta aksi mogok makan sejak Jumat lalu, mendapatkan pengawasan dari tim medis Dinas Kesehatan Kudus (DKK) sebanyak dua kali sehari.
Peserta aksi mogok makan, juga mendapatkan kunjungan dari Ketua STAIN Kudus, Masharudin didampingi sejumlah stafnya.
"Secara moral kami mendukung aksi mogok makan untuk menentang kenaikan harga BBM," katanya.
Sementara itu, Tim Medis DKK dr. Nadia, usai memeriksa sejumlah peserta aksi mogok makan, mengatakan, kesehatan para peserta aksi mulai mengkhawatirkan.
Hal itu ditunjukkan dengan hasil tes tekanan darah dari ketiga peserta sebelum salah satunya dilarikan ke RSUD, mengalami kenaikan dibanding hasil tes pada pagi hari.
"Rata-rata tensi darahnya naik berkisar antara 110 hingga 120 milimeter hg," katanya.
Penyebabnya, kata dia, karena kompensasi badan yang mengalami dehidrasi, sehingga metabolismenya naik.
Sementara itu, Kabid Rekam Medis RSUD Kudus, dr. Hikari, mengatakan, hasil pemeriksaan terhadap salah satu pasien peserta aksi mogok makan yang lebih dulu dirawat, memang menunjukkan bahwa mereka mengalami dehidrasi karena tidak makan.
"Kondisi tersebut juga menimbulkan asam lambung pasien meningkat," katanya.
Untuk memulihkan kesehatannya, kata dia, pasien harus dibantu dengan asupan makanan yang lembut, seperti bubur selama beberapa hari. "Jika kondisinya benar-benar pulih bisa makan makanan yang keras," katanya.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008