Surabaya (ANTARA News) - Meskipun selama ini selalu menggeluti dunia eksakta, Prof DR Ir Mohammad Nuh, yang kini menjabat Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), juga memiliki perhatian terhadap dunia seni dan senimannya. Ketika oleh Arek-arek Surabaya didaulat membuka Festival Surabaya (FSS) 2008 di Balai Pemuda Surabaya, Minggu (1/6) malam, Mohammad Nuh mengatakan secara gamblang posisi seniman dalam pola berpikir dan bertindaknya. Pria kelahiran Surabaya pada 17 Juni 1959 itu mengemukakan bahwa tidak lazim jika ada seniman yang berselisih, karena dunia mereka adalah dunia yang "nyaman" dengan selalu menghormati perbedaan-perbedaan. "Kalau ada seniman yang `gegeran` itu menyalahi kodratnya sendiri," kata mantan (2001-2004) yang juga ahli di bidang sistem rekayasa biomedika itu. "Gegeran" adalah bahasa Jawa Timur-an yang artinya sama dengan "berseteru". Mantan Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS )Surabaya itu menyatakan, tidak mungkin para seniman bisa ribut karena kedudukan berpikir mereka sudah tinggi atau berada di level empat dunia berpikir. Hal yang dimaksudnya sebagai level berpikir pertama adalah orang yang terkotak dalam disiplin ilmunya saja, kedua kombinasi dari berbagai disiplin ilmu, ketiga adalah berpikir kreatif yang merupakan posisi minimal seniman. "Keempat adalah pemikiran yang selalu menghormati perbedaan. Inilah posisi seniman, dan yang paling tinggi adalah etika. Semua yang kita kerjakan memang harus berdasarkan pada etika. Seniman itu minimal di level ketiga," katanya. Doktor lulusan "Universite Science et Technique du Languedoc", Monpellier, Prancis, itu mengemukakan bahwa seniman itu adalah dunia penuh kreatif yang melintasi berbagai disiplin ilmu atau tidak terkotak-kotak.Masalah level, termasuk beretika, tersebut sempat dikemukakan pula oleh M. Nuh dengan fokusnya kepada jurnalis di saat acara peresmian "School of Journalism" (SoJ) Dewan Pers di Jakarta Media Center (JMC) pada awal Mei 2008. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008