Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Deputi Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak memiliki pandangan sama yakni mengedepankan kerjasama usaha-usaha strategis yang bertujuan memakmurkan kedua negara.Kedua pemimpin itu bertemu dalam jamuan makan siang yang diselenggarakan perusahaan Malaysia Khazanah Nasional dan CIMB Group di Jakarta, Senin, yang juga dihadiri Kepala BKPM, M Luthfi, Duta Besar Malaysia Dato Zaenal Abidin Mohd Zain, serta para komisaris dan direktur kedua perusahaan tersebut."Kita perlu meningkatkan usaha-usaha starategis untuk mencapai kebangkitan dan kemakmuran bersama," kata Kalla. Menurut dia, para investor dapat menanam modalnya di berbagai bidang termasuk perbankan di Indonesia yang tahun lalu ekonominya tumbuh 6,3 persen dan telah mengalami kemajuan. Dalam dua tahun kedepan, kata Kalla, pertumbuhannya diperkirakan melebihi apa yang telah dicapai karena sarana dan prasarana di dalam negeri terus diperbaiki. "Pasokan listrik misalnya masih akan terus ditambah untuk memenuhi peningkatan kebutuhan walau sekarang kita masih menemukan sering mati listrik," ujarnya. Ia mengajak kedua bangsa serumpun itu untuk memberikan perhatian lebih besar kepada usaha-usaha strategis yang akan membawa kesejahteraan kedua pihak ke depan daripada membicarakan hal- hal terkait sejarah masa lampau keduanya. Deputi PM Malaysia Dato Sri Mohd Najib yang berbicara sebelumnya mengatakan ia setuju kedua negara meningkatkan kerjasama yang menyentuh kepentingan jangka panjang, misalnya perbankan. "Apa yang dilakukan perusahaan Khazanah Nasional dan CIMB Group merupakan cerminan dari hasrat kami untuk menjadi mitra sepenuhnya," kata Najib yang sebelumnya mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan bertemu Jusuf Kalla secara terpisah Senin pagi. Khazanah Nasional dan CIMB Group memiliki saham di bank swasta nasional PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk. Kedua bank itu Senin manandatangani rencana penggabungan usaha (merger) dan mereka akan melakukan konsolidasi terhadap bisnis-bisnisnya. Langkah ini diambil untuk memenuhi kebijakan kepemilikan tunggal (SPP) yang dikeluarkan Bank Indonesia sebelum batas waktu yang ditentukan pada 2010. Deputi PM itu mengatakan mereka memilih menggabungkan usaha mereka daripada menjual saham-sahamnya ke pihak lain karena keyakinan terhadap kemajuan ekonomi Indonesia dan kepatuhan kepada peraturan yang berlaku. "Pada 2002 saat dunia tak yakin atas pemulihan ekonomi Indonesia, CIMB Group berani ambil saham PT Bank Niaga dan kemudian investor Malaysia tertarik untuk menanam modal di sini," tambahnya. Sebaliknya ia berharap investor Indonesia dapat menanam modalnya di Malaysia. Pada bagian lain sambutannya Najib mengatakan bahwa Malaysia mempertimbangkan untuk beli beras dari Indonesia jika negara tetangganya itu mengalami surplus. "Pak JK memberitahu saya bahwa Indonesia akan swasembada beras tahun ini dan jika surplus pada tahun-tahun berikutnya kami akan pertimbangkan untuk beli beras dari Indonesia," tambah Najib.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008