Makassar (ANTARA News) - Penyaluran minyak goreng (Migor) bersubsidi di Kota Makassar sebanyak 38 ribu liter atau sekitar 10 persen dari total penyaluran Migor bersubsidi di Sulawesi Selatan, namun sekitar 30 persen tidak dapat ditebus oleh rumah tangga miskin (RTM) yang tersebar di 14 kecamatan di kota ini.Kupon Migor bersubsidi itu telah didistribusikan sejak pertengahan Mei 2008 dan sebanyak 68 ribu lebih RTM mendapat kesempatan menebusnya hingga akhir bulan Mei. Khusus di Kota Makassar, Migor bersubsidi yang didistribusikan dalam bentuk kemasan dua liter dengan harga Rp18.500 setelah dipotong harga subsidi Rp2.500 per liter."Migor bersubsidi ini sudah disalurkan pada pertengahan Mei hingga akhir Mei 2008 lalu di 14 kecamatan di Makassar. Namun, ternyata tidak semua dapat ditebus, meskipun telah diberi subsidi atau pengurangan harga Rp2.500 per liter," jelas Dedy Permadi, Kasub Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Kota Makassar, Minggu.Banyaknya Migor subsidi yang tidak tertebus itu diakui Saleh, salah seorang staf Kelurahan Kalukuang Kecamatan Tallo dan Basri, staf Kelurahan Karuwisi Utara, Kecamatan Maccini, Makassar. Keduanya mengaku, ada sekitar puluhan kardus yang berisi Migor kemasan dua liter bermerek Kunci Mas.Untuk Kelurahan Kalukuang ada sekitar 30 kardus Migor subsidi yang tidak diterjual oleh warga RTM. Sementara di Kelurahan Karuwisi Utara, juga ada sekitar 35 yang dipulangkan ke supliernya, karena tidak tertebus. Menurut Nurhawani, salah seorang penggerak PKK dan Posyandu di Kelurahan Maccini Utara, seharusnya pemerintah mempertimbangkan kemampuan daya beli RTM, misalnya dengan tidak membuat paket Migor kemasan dua liter. "Kalau perlu satu literan atau setengah liter, sehingga yang uangnya tidak mencukupi dua liter, minimal bisa menebus satu liter Migor saja," ujarnya. Berbeda dengan Kota Makassar, distribusi Migor subsidi di Kabupaten Maros, Sulsel -- sekitar 30 kilometer dari Kota Makassar-- dalam bentuk Migor curah yang dijual literan melalui mobil-mobil truk tak jauh dari pasar. Harganya pun lebih murah yakni Rp16.500 per dua liter. Hanya saja, warga Maros yang tidak dapat ke lokasi sekitar pasar dan tidak memiliki uang cukup, juga tidak dapat mengakses Migor subsidi pemerintah itu. "Kebetulan uang saya waktu itu hanya Rp20 ribu, sementara jarak ke pasar harus ditempuh dengan angkot atau ojek," ungkap Sangaria, warga Pamellakkang Jene, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros. Karena alasan uang terbatas itulah, ia terpaksa membatalkan niatnya menebus Migor subsidi itu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008