Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah duta besar dan diplomat negara asing ikut menari dalam tarian pamungkas Upacara Adat Dalo, yang digelar di Anjungan Kalimantan Barat, TMII, Sabtu malam.Para duta besar tersebut, di antaranya Saito Nabora (Jepang), Saimbang (Suriname), Bismillah Bismil, (Afghanistan), Dinko Tomac (Bosnia), Mihalei Illy (Herzegovina), dan Alexander Broz (Kroasia), dibawa naik ke atas panggung pertunjukan oleh sejumlah penari secara spontanitas.Semua ikut melenggang dan menggerakkan tangan mengikuti para penari, kecuali Dubes Bismillah Bismil yang terlihat hanya ikut berjalan, mengikuti seorang penari di depannya. Dalo merupakan upacara tingkat tertinggi dalam adat Melawi, salah satu kabupaten di Kalbar, untuk membersihkan kematian seseorang. Pada upacara itu, tulang belulang orang yang sudah lama dimakamkan diangkat kembali untuk dibersihkan sebagai penyucian, dan kemudian dimakamkan kembali. Dalo sudah dilakukan sejak jaman Tantum, sekitar 3.000 tahun lalu. Dahulu, upacara ini diwarnai suguhan kepala manusia (dari pihak musuh) sebagai tumbal. Sekarang, suguhan yang diberikan adalah kepala kerbau. Mirip seperti upacara pemakaman kembali di Tana Toraja, keluarga yang menyelenggarakan harus mengadakan pesta besar selama tiga hingga lima , bukan seperti zaman dahulu yang konon mencapai tiga sampai lima tahun. Pergelaran Dalo merupakan acara utama Paket Khusus Pesona Budaya Kalimantan Barat yang dipersembahkan oleh Pemda Kabupaten Melawi. Bupati Susman Kirit dalam sambutannya mengatakan, upacara sakral Dalo sampai saat ini masih dilakukan masyarakat di daerahnya. "Pesona budaya ini diharapkan dapat menjadi salah satu daya pikat utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara," katanya. Kabupaten Melawi sendiri tidak hanya merupakan daerah yang kaya seni budaya tetapi juga barang tambang seperti batu bara, bijih besi, emas dan uranium. Susman berharap semakin banyak wisatawan datang ke Malawi karena pesona budayanya, maka semakin terbuka pula peluang meraih investasi asing di bidang industri pariwisata, juga pertambangan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008