Jakarta (ANTARA News) - Sebagai ideologi dan cita-cita nasional, janganlah bangsa Indonesia menjadikan nilai-nilai Pancasila itu bersifat dogmatis apalagi doktriner.
Ketua DPP Partai Golkar yang juga Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Theo L Sambuaga, mengatakan itu kepada ANTARA News, di Jakarta, Sabtu, menyambut peringatan Hari Pancasila 1 Juni 2008.
"Justru kita harus bersikap visioner berdasarkan ideologi Pancasila itu, yakni harus mampu realistis dan kreatif mencari solusi dalam menyambut serta menjalankan berbagai kegiatan di beragam era," katanya.
Dengan begitu, lanjutnya, kita bisa melanjutkan idealisme penggali Pancasila itu sendiri, yakni Bung Karno yang mengatakan bahwa Pancasila itu merupakan ideologi terbuka.
Theo Sambuaga yang pernah mempelajari khusus semua buku Bung Karno, termasuk "Bung Karno Penggali Pancasila" dan "Di Bawah Bendera Revolusi", menuturkan juga, Pancasila itu tidak memaksa warga negara Indonesia untuk jadi `chauvinis`.
"Sepanjang yang saya pahami dari berbagai studi ideologi dan falsafah, maka Pancasila itu memberi ruang seluas-luasnya bagi setiap warga untuk berekspresi sesuai dengan talentanya di berbagai zaman, ruang dan waktu. Baik untuk bangsanya, negaranya, juga sesama dan demi kemanusiaan yang beradab," katanya.
Karena itu, kita harus selalu membiarkan prosesi perkembangan Pancasila itu dalam mengelaborasi dan mengoperasionalisasikan berbagai hal di masyarakat.
"Artinya, pengembangannya (Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa dan negara) harus terus bisa menyesuaikan dengan dinamika zaman dan perkembangan masyarakat. Dengan kata lain, itu tadi, yakni Pancasila itu adalah ideologi terbuka," tandasnya.
Dinamika dan perkembangan zaman, menurutnya, harus terus memperkaya elaborasi dan operasionalisasi Pancasila.
"Dengan demikian, saya tegaskan lagi, bahwa jangan kita jadikan Pancasila sebagai nilai-nilai yang bersifat dogmatis apalagi doktriner," tegas Theo Sambuaga.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008