Kathmandu (ANTARA News) - Raja Nepal yang disingkirkan, ingin meninggalkan istananya dengan tenang untuk memulai kehidupan baru sebagai rakyat biasa, tetapi ingin meminta bantuan perumahan dan perlindungan bagi keluarganya, kata media pemerintah, Sabtu."Raja Gyanendra menyatakan keinginannya itu untuk menghormati keputusan bersejarah majelis konstitusi dan dapat meninggalkan istana dengan tenang," kata Pradeep Aryal, sekretaris sekretariat Istana Narayanhiti yang kini telah dibubarkan, kata suratkabar Te Rising Nepal.Aryal memberikan komentar itu setelah istana menerima sepucuk surat yang secara resmi meminta mantan raja yang tidak populer itu meninggalkan istana dan tinggal tempat kediaman pribadi dalam dua minggu, sesuai dengan keputusan parlemen baru terpilih itu, Rabu. Lembaga itu , yang akan menyusun kembali konstitusi negara pegunungan Himalaya itu, membubarkan monarki Hindu 240 tahun dalam satu pemungutan suara dan mengubah Nepal menjadi sebuah republik-- menutup satu proses perdamaian yang mengakhiri perang saudara sepuluh tahun. Sekitar 13.000 orang tewas dalam pemberontakan yang dilakukan Maois tahun 1996 untuk mendirikan sebuah republik komunis di satu-satunya kerajaan Hindu di dunia. Semua mata sejak itu tertuju pada raja itu, yang masih di istana di tengah kota itu dan tidak mengeluarkan pernyataan, tetapi dilaporkan oleh para petugas kerajaan ia sedang mengemasi barang-barangnya. Pemerintah meminta raja itu mengkoordinasikan kepindahannya dengan mereka agar mereka dapat melakukan "tindakan-tindakan yang layak" bagi keamanannya, kata laporan itu. Istana raja itu masih dijaga sekitar 1.500 tentara Nepal. Raja yang disingkirkan itu juga sedang mencari rumah untuk tempat tinggalnya, karena rumah pribadinya dihuni mantan putra mahkota Paras, yang kabarnya hubungan dia dengan ayahnya itu tidak baik.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008