Tanjungpinang, (ANTARA News) - Tiga bocah penderita hidrosefalus atau pembesaran kepala dibawa orang tuanya berunjuk rasa di halaman kantor Pemprov Kepri, Sabtu. Februanti(11), Fatimah (4) dan Yuwan Rizki Abdullah (3 bulan), tidak bisa bicara dan jalan. Selama aksi berlangsung, mereka digendong oleh orangtua masing-masing. "Anak kami sudah dibawa ke rumah sakit, tapi tidak sembuh. Kami kekurangan biaya sehingga pengobatan dihentikan," ujar Imel, 27 tahun, orang tua tunggal dari Fatimah. Imel membawa anaknya ikut dalam unjuk rasa yang digelar LBH Kesehatan. Dari 31 peserta demonstrasi, 10 adalah anak-anak. Mereka berasal dari Tanjungpinang dan Batam. Beberapa bocah lainnya ada yang divonis dokter rumah sakit Otorita Batam (OB) menderita penyakit kanker otak, buta dan bibir sumbing (labioschizis). Massa mengenakan jubah berwarna hijau dan membawa payung berwarna hitam. Tuntutan para demonstran ditulis dalam karton yang dilekatkan di jubah dan payung yang dibawanya. Ketua Pendiri LBH Kesehatan di Tanjungpinang, Iskandar Sitorus mengungkapkan, sebagian warga yang ikut berdemo merupakan korban lemahnya sistem kesehatan di Kepri. "Mereka juga butuh uluran tangan dari pemerintah," katanya. Berdasar data yang dimiliki LBH Kesehatan yang diperoleh dari pasien jalan, rawat inap dan yang membuat laporan ke polisi atas dugaan malpraktek, jumlah korban malpraktik di Kepri sekitar 2000 orang. Malpraktik Asmaniar, 57 tahun, merasa kesal dengan oknum paramedis rumah sakit Otorita Batam yang dinilainya tidak disiplin.Asmaniar ikut berorasi sambil menangis mengenang Misran, suaminya. Ia mengatakan Misran adalah pensiunan TNI AD, meninggal dalam usia 69 tahun karena mengidap penyakit batu ginjal. Ia mengatakan, sebelum meningggal, Misran sempat menjalani operasi di rumah sakit OB. Operasi berjalan terlambat karena dokternya datang terlambat. Perawat yang menangani suaminya juga lalai dan kurang memperhatikan keselamatan suaminya."Mungkin karena kami miskin," katanya. Pendemo menuntut agar Gubernur Kepri Ismeth Abdullah mencabut izin rumah sakit yang melakukan praktik kesehatan secara tidak profesional dan tidak menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian. Asisten Administrasi Pembangunan, Arifin dan Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Munzir Purba berjanji akan menindaklanjuti aspirasi dari LBH Kesehatan. "Kami akan laporkan kepada Gubernur. Mudah-mudahan sektor kesehatan dapat diperbaiki," kata Arifin. Munzir mengatakan, Kepri harus memiliki dokter-dokter yang bermoral, yang taat dengan sumpah jabatan."Kalau ada dokter yang lalai akan kami perbaiki," ucapnya.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008