Brisbane (ANTARA News) - Umat Islam kini merupakan kelompok penganut agama terbesar kedua di dunia dengan jumlah 1,3 miliar jiwa namun mereka dituntut mampu memberikan bukti baik dalam peran maupun literatur guna mengetengahkan pemahaman yang lebih sempurna tentang Islam kepada masyarakat internasional."Di tingkat nasional, kaum Muslimin perlu menyadari keragaman mereka baik secara doktrinal maupun politik," kata Pakar Ilmu Kependudukan asal Indonesia yang kini Peneliti di Universitas Queensland (UQ), Dr.Salahudin (Salut) Muhidin, dalam ceramahnya di pengajian Perhimpunan Masyarakat Muslim Indonesia di Brisbane (IISB), Jumat malam.Ia mengatakan, negara-negara bangsa dengan mayoritas penduduknya beragama Islam dituntut untuk senantiasa tanggap terhadap aspirasi kelompok minoritas non-Muslim maupun aspirasi politik dan kesetiaan dari golongan yang berbeda.Saat ini, doktor bidang demografi lulusan Universitas Groningen, Belanda, tahun 2002 itu mengatakan, umat Islam di banyak negara sedang berhadapan dengan masalah apakah mereka harus melaksanakan ajaran agamanya secara ketat dengan menghindari tindak kekerasan atau mengusahakan terwujudnya satu lembaga keadilan. Lembaga keadilan ini dimaksudkan untuk memecahkan perbedaan-perbedaan politik dalam negeri dan internasional. Kegagalan kaum Muslimin menerapkan cara-cara damai dalam menyelesaikan perbedaan dan pertentangan ini bisa dengan mudah menghasilkan citra internasional Islam yang negatif, katanya. Dr.Salahudin Muhidin sebelumnya menjelaskan secara panjang lebar profil demografis populasi Muslim di dunia. Umat Islam yang kini berjumlah sedikitnya 1,3 miliar jiwa bisa dijumpai di kawasan Afrika, Asia, Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseania. "Sejauh ini, ada 47 negara di dunia yang lebih dari lima puluh persen penduduknya beragama Islam. Dari 47 negara itu, ada 57 persen yang penduduk Muslimnya mencapai lebih dari 90 persen," katanya. Di antara negara-negara besar yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia termasuk di dalamnya. Indonesia masih yang terbesar dengan jumlah penduduk Muslim mencapai sekitar 185 juta orang atau 87 persen dari total penduduk. Pakistan berada di urutan kedua dengan 148 juta orang atau 95 persen dari total penduduk. Negara-negara besar lain dengan jumlah penduduk Muslim di atas 80 persen adalah Bangladesh (114 juta orang/88 persen), Iran (62 juta orang/99,5 persen), dan Turki (66,5 juta orang/99,8 persen), katanya. Dari kelompok negara kecil yang mayoritas penduduknya Muslim adalah Qatar (0,6 juta orang/95 persen), Djibouti (0,6 juta orang/97 persen) dan Maladewa (0,3 juta orang/100 persen), katanya. Dilihat dari aspek natalitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian) di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, angka keduanya cenderung menurun namun angka kelahiran masih tetap lebih tinggi dari angka kematian sehingga angka pertumbuhan penduduk diperkirakan "masih tinggi dan positif", kata Salut Muhidin. Kendati dari aspek populasi, umat Islam sudah relatif besar, namun dari fakta sosial dan ekonomis, umat Islam sangat beragam. Dari aspek pendapatan dan indikator kesehatan misalnya, kelompok negara berpenduduk Muslim tercatat memiliki perbedaan pendapatan yang perbedaannya relatif ekstrim. Jika di negara-negara Muslim di Afrika, pendapatannya relatif rendah, negara-negara Muslim penghasil minyak dunia di kawasan Timur Tengah, pendapatannya "sangat tinggi". "Mengenai indikator kesehatan, hal ini sangat berhubungan dengan karakteristik pendapatan tadi," katanya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008