"Ada 27 relawan yang mengikuti pelatihan manajemen tanggap darurat bencana di bidang WASH ini," kata Kepala Sub Unit Pembinaan Kepelatihan Diklat PMI Pusat Denok Rahayu melalui sambungan telepon, Minggu.
Ia menjelaskan, relawan itu disiapkan dalam operasi bencana seperti gempa bumi di Nusa Tenggara Barat, kemudian gempa bumi, tsunami dan liquifaksi di Sulawesi Tengah serta tsunami di Selat Sunda yang terjadi secara berurutan.
"WASH PMI menerjunkan personel terlatih dan peralatan untuk melakukan pelayanan pada kejadian bencana tersebut," katanya.
Menurutnya, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia (SDM) PMI dalam operasi bencana, meningkatkan kapasitas pengetahuan SDM WASH PMI, meningkatkan keterampilan SDM WASH PMI dalam perencanaan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan serta penerapan strategi yang tepat guna dalam pelaksanaan pelayanan WASH.
Selain itu, harapannya peningkatan kapasitas SDM PMI sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan sehingga pelaksanaan pelayanan air, sanitasi dan promosi kebersihan PMI menjadi lebih berkualitas, profesional dan akuntabel.
Kegiatan itu juga melatih terbentuknya "pool of coordinator" yang bisa diterjunkan sebagai koordinator pelayanan ataupun koordintaor subsektor air, sanitasi dan promosi kebersihan PMI, yang mampu memberikan pelayanan pada saat bencana sesuai dengan aturan PMI dan nasional.
"Pelatihan ini digelar selama satu pekan dengan materi pembahasan manajemen penanggulangan bencana, tanggap darurat bencana, kepemimpinan, kemitraan, manajemen stres dan lainnya," tambahnya.
Denok mengatakan pelatihan ini juga didukung oleh International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC) atau Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Baca juga: PMI luncurkan program SPLASH di NTB
Baca juga: Pelatihan spesialisasi pertolongan diberikan kepada PMI NTB
Baca juga: Relawan Siaga Bencana PMI latih kewirausahaan warga desa
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019