New York, (ANTARA News) - Harga minyak mengalami penurunan tajam, Kamis waktu setempat atau Jumat pagi WIB, karena para pedagang bereaksi terhadap laporan energi mingguan AS yang mengungkapkan cadangan minyak mentahnya menyusut. Harga minyak pada awalnya melonjak tinggi menyusul rilis laporan tersebut. Sesudah itu jatuh karena beberapa analis menanya jika permintaan energi jatuh di tengah meroketnya harga minyak. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juli, turun tajam 4,41 dolar AS menjadi ditutup pada 126,62 dolar AS per barrel, setelah melesat di atas 133 dolar menyusul rilis laporan mingguan cadangan minyak AS. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli, jatuh 4,04 dolar AS menjadi mantap di 126,89 dolar AS per barrel. Penurunan terjadi setelah kontrak kedua jenis minyak tersebut mencapai puncak historis sepekan lalu, dengan Brent melesat ke posisi 135,14 dolar AS dan harga minyak New York mencapai 135,09 dolar AS di tengah kekhawatiran ketatnya pasokan. Para pedagang mengatakan penurunan harga pada Kamis, juga karena beberapa spekulator pasar kemungkinan memutuskan waktunya untuk melakukan aksi ambil untung. Pergerakan harga terjadi setelah departemen energi AS (DoE) melaporkan cadangan minyak mentah Amerika menyusut 8,8 juta barrel dalam pekan yang berakhir 23 Mei. Stok bensin atau bahan bakar minyak turun 3,2 juta barrel. Sementara pasar telah memperkirakan cadangan minyak tersebut tidak akan berubah. "Reaksi pertama bullish, kemudian kami melihat permintaan turun ...," kata analis dari Sucden, Robert Montefusco. Laporan DoE dipublikasikan terlambat sehari dari biasanya akibat libur publik di Amerika Serikat pada Senin. Pedagang dari MF Global, Robert Laughlin, mengatakan meski harga turun, "kekhawatiran permintaan global melebihi pasokan masih tetap ada." "Harga tinggi akibat kutukan seluruh dunia, `orang di jalanan` sekarang menerima bahan bakar mahal," kata dia. Perdana Menteri Inggris Gordon Brown pada Rabu memperingatkan bahwa dunia sedang menghadapi sebuah "guncangan besar minyak" dan meminta langkah strategis komprehensif internasional untuk mengatasinya. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi 40 persen dari minyak dunia, enggan memenuhi permintaan AS untuk meningkatkan produksi minyak mentahnya guna mendinginkan harga minyak. Harga minyak di pasar internasional telah meningkat sekitar sepertiganya sejak awal 2008 dan meroket tinggi dari 50 dolar AS pada 18 bulan lalu. Tingginya harga minyak juga mendapat sokongan dari meningkatnya permintaan di China dan negara-negara berkembang lainnya seperti India, serta kerusuhan di negara-negara produsen minyak mentah, terutama Nigeria, kata para analis, demikian diwartakan AFP. (*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008