Jakarta (ANTARA News) - Lonjakan harga minyak dunia akan menjadi tantangan pabrikan elektronik dalam negeri yang selama ini mengekspor sebagian besar produksinya, seperti PT LG Electronics Indonesia (LGEIN), terutama dalam menghadapi kondisi pasar yang masih belum menentu."Kondisi pasar elektronik dunia tentu akan terkena dampak lonjakan harga minyak. Tetapi kami menyikapinya sebagai tantangan, dengan tetap optimistis untuk bisa merebut pasar," kata Widi Nugroho Sahib, Head of Public Relations LGEIN, Kamis.Seusai meninjau pabrik kulkas LGEIN di Legok, Tangerang, Banten, disebutkan bahwa dalam menyikapi lonjakan harga minyak dunia tersebut perusahaannya tetap menerapkan pola penjualan 80 persen produksi untuk ekspor dan 20 persen memenuhi pasar dalam negeri. Dengan tetap mengacu pola pemasaran dan penjualan seperti selama ini, diharapkan justru akan mampu memperluas pasar ekspor di seluruh dunia, baik untuk produksi kulkas, LCD/monitor, televisi dan lainnya. "Peluang ini memungkinkan, karena produsen lain juga menghadapi tantangan berat," katanya. Sedangkan kenaikan harga BBM dalam negeri, kata Widi, diperkirakan tidak akan banyak mempengaruhi pasar elektronik di Tanah Air. "Kenaikan harga elektronik dalam negeri kami perkirakan hanya dua-empat persen, sehingga tetap terjangkau daya beli masyarakat," ucapnya. Dengan kenaikan harga yang relatif kecil tersebut, diperkirakan tidak akan memberatkan daya beli masyarakat konsumen, termasuk kalangan menengah-bawah. Bahkan Presiden Direktur LGEIN, Lee Kee Ju, baru saja meluncurkan produk Scarlet dengan empat varian ukuran 32 inc, 37 (HD ready), 42 dan 47 inch (full HD), dengan harga antara Rp10 juta hingga sekitar Rp30 juta, yang sekaligus akan bisa mengukur kemampuan pasar. Budi Setiawan, Nasional General Manager Sales & Marketing LGEIN menyebutkan bahwa produk tv terbaru tersebut akan tetap diminati pasar, sehingga sampai akhir 2008 ditargetkan terjual 21 ribu unit. Sementara khusus produk kulkas, menurut Bambang Supriyadi, Refrigeration Division General Manager LGEIN, kapasitas produksinya ditingkatkan menjadi 1,7 juta unit setahun dan kini mendapat pesanan untuk sejumlah merek, seperti Bosch dari Jerman. "Meski harus terus mengkaji kondisi pasar seiring dengan lonjakan harga minyak dunia, kami merasa optimis dengan terus menaikkan produksi dan memperluas pasar," tambah Widi Nogroho.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008