Bangkok, (ANTARA News)- Panglima angkatan bersenjata Thailand, Kamis membantah rumor bahwa militer sedang berencana akan melakukan kudeta, dan hanya akan mengerahkan tentara di jalan-jalan atas permintaan pemerintah. Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Jendral Boonsrang Niumpradit mengatakan, militer hanya akan meninggalkan barak-barak untuk menegakkan hukum dan ketertiban jika unjukrasa-unjukrasa anti pemerintah sekarang meningkat. Para pemrotes sejak Minggu membarikade satu bagian dari sebuah jalan penting di distrik bersejarah Bangkok, menuntut PM Samak Sundaravej menghentikan usaha mengamandemen konstitusi baru negara itu. "Kudeta bukan satu hal yang cerdik dan saya tidak melihat adanya pemimpin kudeta yang potensial, tetapi jika pemerintah meminta, pasukan harus terjun untuk meenjaga ketertiban dan mencegah kehancuran," kata Boonsrang kepada wartawan. "Seorang pembuat kudeta tidak akan menceritakan kepada kita (tentang satu komplotan), tetapi saya yakin tidak ada seorangpun akan melakukan kudeta karena negara kita berada dalam kondisi ini," katanya mengacu pada iklim ekonomi dan politik sekarang. Indeks gabungan Bursa Thailand (SET) anjlok 42,6 poin dalam tiga hari pertama pekan ini karena adanya kekuatiran investor tentang stabilitas negara itu. Suasana di ibukota itu tampaknya kisruh, dengan begitu menteri keuangan Thailand , Rabu berusaha menjamin para investor dan konsumen bahwa tidak akan ada kudeta. Aliansi untuk Demokrasi Rakyat (PAD) sejauh ini menghimpun massa sampai 8.000 orang, tetapi kelompok itu berusaha untuk meningkatkan protes yang sama dengan aksi awal tahun 2006, yang akhirnya berhasil membantu menggulingkan pemerintah. Boonsrang menyerukan penahanan diri dan rekonsiliasi dengan PAD, yang bentrok dengan para demonstran pro pemerintah Minggu petang, yang menyebabkan 30 orang cedera, demikian diwartakan AFP. "Untuk meminta pasukan turun tangan adalah tindakan terakhir , yang berarti terjadi aksi kekerasan yang meluas," kata Boonsrang. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008