Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Indra Jaya Piliang menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi pihak yang dirugikan jika syarat pencalonan presiden di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 adalah dukungan minimal 30 persen kursi di parlemen. "Faktor yang paling menentukan di Pilpres 2009 itu adalah seberapa besar persyaratan minimal untuk bisa mencalonkan yang nantinya disepakati di RUU Pilpres," kata Indra saat jumpa pers seusai publikasi hasil survei Lembaga Riset Informasi (LRI) tentang popularitas pemimpin nasional jelang Pilpres 2009, di Jakarta, Kamis. Ia mengatakan, apabila usulan Golkar -- yang kemudian didukung PKB -- bahwa syarat minimal pencalonan itu sebesar 30 persen kursi parlemen, maka yang pertama kali dirugikan adalah Presiden Yudhoyono. Indra memperkirakan kendaraan politik yang digunakan Yudhoyono untuk maju di Pilpres (Partai Demokrat) bakal sulit memenuhi persyaratan minimal tersebut. Bahkan, menurut dia, jika koalisi yang dibangun Partai Demokrat ternyata tidak memenuhi persyaratan minimal 30 persen kursi, bukan mustahil Yudhoyono tidak bisa ikut dalam Pilpres 2009. Sementara Wapres Jusuf Kalla yang dalam survei LRI memiliki tingkat popularitas dan keterpilihan yang jauh di bawah Yudhoyono, justru aman berkompetisi dengan kandidat lainnya. Survei LRI terhadap 1.534 responden di 33 provinsi pada pertengahan Mei 2008 menyimpulkan bahwa Yudhoyono memiliki popularitas dan tingkat keterpilihan (elektabilitas) yang tinggi, namun persyaratan "electoral" (syarat untuk dicalonkan)-nya rendah. Sebaliknya tingkat keterpilihan Wapres Jusuf Kalla, baik saat dicalonkan sebagai capres maupun cawapres yang dipasangkan dengan kandidat manapun, rendah tetapi faktor "electoral"-nya tinggi. "Dalam posisi seperti itu, akan ada pergerakan energi politik besar yang menentukan arah dan kemenangan seseorang kandidat," katanya. Indra juga memperkirakan kandidat presiden dari PDIP, Megawati Soekarnoputri, akan berada dalam posisi yang diuntungkan karena dia memiliki jumlah massa yang besar dan loyal. Sementara pendukung kandidat lainnya diperkirakan cenderung memilih sebagai golput (tidak memilih). "Masyarakat yang merasa kecewa tidak akan mengalihkan dukungan kepada kandidat lainnya, tetapi lebih memilih sebagai golput," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008