Dari sanalah kemudian Pertamina menginjeksikan semen untuk mematikan sumur yang bocor,
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VII DPR Kardaya Warnika menegaskan dalam menangani insiden tumpahan minyak di sumur YYA-1, Pertamina telah melakukan sesuai standar operasi.
“Kejadian ini memerlukan penanganan yang serius dan secara keteknisan harus sesuai standar operasi. Dan secara garis besar Pertamina sudah melakukan,” kata Kardaya di Jakarta, Sabtu.
Dalam kondisi demikian, lanjutnya, hal pertama yang dilakukan Pertamina adalah mematikan sumbernya. Hal ini juga sesuai standar industri perminyakan, yaitu dengan mengebor dari samping sumur yang bermasalah.
“Pengeboran ini kemudian berbelok menuju sumur yang bocor. Itu namanya pengeboran side track. Dari sanalah kemudian Pertamina menginjeksikan semen untuk mematikan sumur yang bocor,” ujarnya melalui keterangan resmi.
Tidak hanya menutup sumber kebocoran, lanjutnya, Pertamina juga menanggulangi dampak ceceran minyak, baik terhadap lingkungan maupun kehidupan nelayan.
"Yang terdampak adalah orang-orang, nelayan, ini harus ditanggulangi. Juga lingkungannya. Minyak dikumpulkan lalu dibersihkan, pantai-pantai yang terdampak juga harus direspons. Itu pun sudah dilakukan Pertamina," kata dia.
Selain itu, menurut Kardaya, dalam melakukan penanggulangan tersebut Pertamina tetap mengedepankan prinsip Indonesia First, artinya, tetap memprioritaskan penggunaan alat dan mitra dari dalam negeri.
Namun sebagai upaya maksimal, lanjutnya, Pertamina juga bekerja sama dengan partner yang memang sudah terbukti berpengalaman di bidang serupa.
Pengamat ekonomi Defiyan Corie juga mengakui kesigapan Pertamina dalam menangani masalah kebocoran minyak.
Dari tinjauan langsung ke lokasi, terutama Desa Cemara Jaya, dia mengatakan penanganan yang dilakukan Pertamina sudah optimal dan mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat kebocoran sumur. Setidaknya, Pertamina bisa melokalisasi luasan dampak yang ditimbulkan.
“Kalau tidak ditangani secara cepat dan tanggap seperti yang dilakukan Pertamina, saya kira wilayah terdampak akan lebih luas. Hal ini karena proses penanganan dan pengelolaan wilayah terdampak cukup baik dan cukup profesional," katanya.
Apalagi, tambahnya, BUMN itu juga melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga Ini sekaligus menunjukan bahwa komunikasi perusahaan dengan masyarakat setempat sangat baik.
Untuk melokalisasi tumpahan minyak di perairan Karawang, BUMN tersebut mengerahkan 14.550 meter oil boom. Peralatan tersebut dipasang untuk menjaga agar minyak tidak memasuki pesisir, pantai dan muara yang terdampak. Pertamina juga mengerahkan 2.886 personel dan 47 unit kapal.
Pewarta: Subagyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019