Seoul (ANTARA) - Sebuah pernyataan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo tentang "perilaku memperdaya Korea Utara" baru-baru ini akan membuat pembicaraan dengan Amerika Serikat menjadi lebih sulit.

Kantor berita KCNA Korea Utara pada Sabtu mengutip komentar wakil menteri luar negerinya, Choe Son Hui, tentang pernyataan Pompeo tersebut.

"Kami menyadari bahwa perilaku Korea Utara yang memperdaya tidak dapat diabaikan," kata Pompeo pada Selasa, ketika berbicara di Konvensi Nasional Legiun Amerika di negara bagian Indiana.

Baca juga: Trump: Korut tak punya masa depan ekonomi jika punya senjata nuklir

Komentar Pompeo tersebut tidak masuk akal dan provokatif, kata Choe, menurut kantor berita itu.

"Pompeo telah melangkah sejauh ini dalam penggunaan bahasanya dan itu membuat pembukaan negosiasi yang diharapkan untuk tingkat kerja DPRK-AS menjadi lebih sulit," kata Choe dalam pernyataannya. "

Choe juga memperingatkan bahwa harapan Korea Utara untuk melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat secara berangsur-angsur menghilang dan negara itu didorong untuk menguji kembali semua langkahnya..

"AS lebih baik tidak menguji kesabaran kami lagi dengan pernyataan seperti itu yang menjengkelkan kami jika tidak ingin ada penyesalan yang pahit setelah itu," kata Choe.

Baca juga: Intelijen AS sebut Korut masih buat bahan bakar bom nuklir

Korea Utara telah meningkatkan kritiknya terhadap Pompeo belakangan ini, menyebutnya sebagai "racun keras kepala", dan menimbulkan keraguan pada upaya untuk memulai kembali pembicaraan.

Negosiasi yang bertujuan untuk membongkar program nuklir dan rudal Korut telah macet sejak pertemuan puncak kedua yang gagal antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di ibu kota Vietnam, Hanoi pada bulan Februari.

Trump dan Kim bertemu lagi pada bulan Juni di perbatasan antar-Korea dan sepakat untuk membuka kembali negosiasi tingkat kerja, tetapi itu belum terjadi.

Sejak KTT Vietnam, Korea Utara telah menuntut agar Pompeo diganti dengan orang yang "lebih dewasa", sambil memuji hubungan yang dibangun antara Kim dan Trump.

Korea Utara telah menembakkan serangkaian rudal jarak pendek dalam beberapa pekan terakhir sebagai protes terhadap latihan militer gabungan AS-Korea Selatan dan adopsi senjata baru, yang mempersulit pembukaan kembali perundingan.

Baca juga: Amerika Serikat tuduh Korea Utara langgar sanksi PBB

Sumber; Reuters

Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019