Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun, meski masih di atas 130 dolar AS per barel di perdagangan Asia, Kamis, di tengah terus munculnya kekhawatiran seputar penurunan konsumsi bensin Amerika Serikat akibat dihantui oleh meroketnya harga minyak, kata dealer. Kontrak berjangka minyak utama New York jenis light sweet untuk pengiriman Juli, turun 77 sen menjadi 130,26 dolar per barel. Kontrak acuan naik 2,18 dolar ditutup pada 131,03 dolar Rabu di New York Mercantile Exchange (Nymex). Minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman Juli turun 80 sen menjadi 130,13 dolar per barel, setelah ditetapkan pada posisi 130,93 dolar pada kamis. Kontrak tersebut reli 2,62 dolar pada penutupan. Harga mencapai rekor tinggi di atas 135 dolar pada pekan lalu. Tony Nunan, pengusaha minyak internasional Mitsubishi Corp. di Tokyo mengatakan bahwa menurunnya harga tersebut antara lain dikarenakan "kerusuhan reguler", yang dipicu oleh pemberitaan permintaan bensin yang lebih rendah di AS, negara konsumen minyak terbesar dunia. Para pedagang dimana melihat laporan mingguan sehari sebelumnya mengenai cadangan energi AS, setelah liburan publik di Amerika Serikat pada Senin. Sementara itu, Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, Rabu, memperingatkan bahwa dunia tengah menghadapi "great oil shock" yang memerlukan strategi internasional komprehensif untuk mengatasinya. Peringatan pemimpin Inggris itu muncul, sehari setelah Presiden Perancis Nicolas Sarkozy menyerukan pengurangan pajak konsumen pada minyak di seluruh Eropa, karena kekhawatiran meningkatnya biaya energi yang menggelisahkan di seluruh dunia. Harga minyak di pasar internasional telah melonjak sekitar sepertiganya sejak awal 2008 dan diperdagangkan pada 50 dolar AS per barrel 18 bulan lalu. Sementara, seorang penasehat ekonomi terkemuka Presiden AS George W. Bush memperingatkan kenaikan harga minyak dapat menekan lagi pertumbuhan ekonomi di negara konsumen minyak terbesar di dunia tersebut. "Saya pikir tingginya harga minyak telah berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi," kata Edward Lazear, pimpinan Dewan Penasehat Ekonomi. Beberapa analis mengatakan bahwa harga minyak tak mungkin melemah dalam beberapa waktu mendatang. "Pasar masih didukung berlanjutnya kekhawatiran pasokan akibat meningkatnya permintaan energi dan terbatasnya kapasitas dari sisi pasokan," kata analis Sucden, Andrey Kryuchenkov, kepada AFP. Para analis mengatakan meningkatnya spekulasi di pasar minyak telah didorong oleh ketatnya pasokan global dan melemahnya dolar AS yang membuat komoditi yang ditetapkan dalam dolar AS itu menjadi lebih murah bagi pembeli dengan mata uang kuat lainnya. Harga minyak turun tiga dolar lebih pada Selasa, karena aksi ambil untung dan berkembangnya keraguan tentang permintaan minyak AS menyusul ekonominya yang terus diperdebatkan apakah ekonomi AS akan masuk resesi atau tidak. Harga minyak telah meningkat lebih dari empat kali lipat dalam lima tahun terakhir, didukung meningkatnya permintaan di China dan negara-negara berkembang lainnya. Kenaikan harga minyak juga dipicu kerusuhan di negara produsen minyak mentah, terutama Nigeria, dan keengganan OPEC, yang memompa 40 persen dari minyak dunia, untuk meningkatkan produksinya seperti diminta Amerika Serikat guna membantu mendinginkan harga. (*)
Copyright © ANTARA 2008