Mudah mudahan dapat saling bertukar informasi tentang festival berbasis masyarakat,

Jakarta (ANTARA) - Lebih dari 20 pekerja seni dari berbagai wilayah di Indonesia akan berkumpul di Tao Silalahi, Kabupaten Dairi Sumatera Utara, untuk mengikuti lokakarya yang bemuara pada kerja artistik kolektif dan akan ditampilkan pada Festival Tao Silalahi pada 6-8 September 2019.

Direktur Yayasan Umar Kayam Kusen Alpiah Hadi dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu mengatakan tujuan kegiatan ini adalah terciptanya wahana untuk mengeksplorasi gagasan, praktik seni dan tata artistik yang berwawasan keragaman dan inklusif.

Kerja kolektif ini diawali dengan lokakarya selama dua hari (31 Agustus - 1 September 2019) kemudian dilanjutkan membuat karya kolektif sampai dengan pelaksaanaan Festival Tao Silalahi.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Begawai Nusantara yang merupakan jejaring kerja festival di berbagai daerah di Indonesia bekerja sama dengan Festival Tao Silalahi, Rumah Karya Indonesia dan Yayasan umar Kayam.

Kusen Alpiah Hadi mengatakan ajang ini sekaligus untuk mendorong terciptanya akses dan ruang ekspresi yang setara bagi kelompok kebudayaan yang terpinggirkan.

"Jika selama ini proses sosial untuk saling meminjam antarbudaya bisa membuahkan bentuk-bentuk kesenian baru, ruang tersebut akan semakin terfasilitasi manakala ada kesempatan bagi para pelaku untuk saling berkunjung," kata dia.

la menegaskan bahwa ide dasar dari kegiatan ini adalah festival seni yang menyajikan bentuk-bentuk seni yang berbeda di berbagai tempat bisa menjadi laboratorium untuk membicarakan keragaman atau pluralisme.

Baca juga: Lomba MTQ di Festival Al Azhom diikuti peserta luar negeri


Para peserta kegiatan ini di antaranya adalah dari Festival Pasa Harau (Sumatera Barat), Festival Layang Lakbok ( Jawa Barat), Legusa Festival , Sentak Art Festival (Sumatera Barat), Festival Musik Rimbang Baling (Riau) Festival Panen Kopi Gayo (Aceh), Festival Tao Silalahi (Sumatera Utara), dan Festival Garam Sumenep (Jawa Timur).

Para peserta akan didampingi oleh Ong Hari Wahyu, seniman visual dan penata artistik yang merupakan penggerak seni komunitas di kampung Nitiprayan Yogyakarta.

Juga didampingi oleh Ikun Sri Kuncoto, seorang dosen tamu penulisan kreatif di beberapa perguruan tinggi, serta Budhi Hermanto peminat pewartaan warga yang aktif dalam organisasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia dan Asosiasi Televisi Komunitas Indonesia.

Direktur Tao Silalahi Arts Festival Hermanto Situngkir merasa antusias dapat memberi ruang ekspresi sekaligus wahana belajar bagi para pekerja seni ini.

"Dengan lokakarya ini kita berharap masyarakat atau tim Tao Silalahi Arts Festival akan banyak belajar dari seluruh jejaring Begawai Nusantara yg akan mengaplikasikan ilmu artistiknya di Tao Silalahi. Mudah mudahan ke depannya juga dapat saling bertukar informasi terkait artistik dan hal Iain tentang festival berbasis masyarakat," kata dia.

Sementara itu, Direktur Rumah Karya Indonesia Marojahan Adrian Manalu berharap acara ini bisa memperkuat sinergi kerja antara berbagai elemen masyarakat.


Baca juga: Pelaku budaya Gunung Kidul selenggarakan Handayani Night Festival

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019