Polisi menghalangi rencana pamer kekuatan massa untuk peringatan kelima keputusan China untuk mengurangi pembaruan demokrasi di bekas koloni Inggris itu, yang dikembalikan kepada China pada 1997.
Front Hak Asasi Warga, penyelenggara protres massa sebelumnya, membatalkan demonstrasi Sabtu, setelah tidak diberi izin, tapi tidak-memiliki-izin tak menghentikan orang yang berdemonstrasi pada masa lalu.
"Walaupun penyelenggara mengatakan mereka akan membatalkan kegiatan tersebut, kami menduga orang tetap akan keluar," kata seorang polisi senior dengan pengalaman sebagai komandan lapangan selama bentrokan baru-baru ini dalam satu taklimat, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu.
"Jika mereka keluar, kami akan lihat bagaimana mereka bertindak. Jika mereka melakukannya dengan cara damai, polisi akan melakukan tindakan proporsional untuk mencegah bentrokan besar. Jika mereka menggunakan kekerasan, polisi harus melakukan tindakan proporsional untuk menghentikan kerusuhan," ia menambahkan.
Kereta bawah tanah MTR mengatakan satu stasiun dari arah barat ke lokasi protes akan membekukan operasi pada siang hari akibat kemungkinan "kegiatan masyarakat" dan tindakan lebih lanjut mungkin dilakukan.
Polisi Hong Kong menangkap sejumlah pegiat pada Jumat (30/8), dalam upaya mengendalikan gerakan yang dimulai dengan kemarahan sehubungan dengan peraturan yang direncanakan yang akan mengizinkan pengekstradisian tersangka pelanggar hukum ke China Daratan dan meluas jadi seruan bagi demokrasi lebih besar.
China membantah tuduhan mencampuri urusan di Hong Kong, yang katanya adalah urusan dalam negeri. China telah mencela protes itu dan memperingatkan mengenai kerusakan ekonomi.
Sumber: Reuters
Baca juga: Aktivis demokrasi Hong Kong Joshua Wong ditangkap
Baca juga: China rotasi kelompok baru tentara di Hong Kong
Baca juga: Artis Hong Kong tawarkan tato gratis bertema aksi protes
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019