Sidoarjo (ANTARA News) - Ribuan korban lumpur dari 10 desa dan dua kawasan perumahan di Porong, Sidoarjo, Jatim, Kamis pagi, "memperingati" dua tahun semburan lumpur Lapindo, dengan menggelar "istighotsah" (doa memohon keselamatan yang dilakukan massal) di tepi tanggul Siring. "Istighotsah" yang digagas Gabungan Korban Lumpur Lapindo (GKLL) Sidoarjo itu berlangsung mulai pukul 06.30 WIB hingga 08.30 WIB, dengan dipimpin Rois Syuriah PCNU Sidoarjo, KH Rofi` Sirodj dan dihadiri belasan ulama Sidoarjo. Acara yang berlangsung di bawah terik matahari di pagi hari itu, juga dihadiri Ketua BPLS (Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo) Sunarso, Kapolresta Sidoarjo, AKBP Maruli Simandjutak, Wakil Rois Syuriah PWNU Jatim, KH Agoes Ali Masyhuri, Ketua MUI Jatim, KH Abdusshomad Buchori, dan Cawagub PDIP Jatim, Ir H Ridwan Hisjam yang juga mengaku warga NU. Usai "istighotsah", Wakil Rois Syuriah PWNU Jatim, KH Agoes Ali Masyhuri yang juga berasal dari Tanggulangin, Sidoarjo, menyampaikan "taushiyah", kemudian dilanjutkan dengan doa yang dipimpin secara bergiliran oleh KH Yusman (Porong), KH Amin Muhyiddin (Jabon), KH Tholhah (Tanggulangin), KH Abdusshomad Buchori (MUI Jatim), dan KH Sholeh Qosim (Sepanjang). "Setiap kesulitan itu ada kemudahan, karena itu kalau para korban lumpur mau berpuasa. Tapi saya tahu, para jamaah sudah dua tahun berpuasa, insya-Allah akan `nemu riyoyo` (sampai kepada hari raya, maksudnya keberhasilan)," kata Gus Ali Masyhuri. Oleh karena itu, kata pengasuh Pesantren Bumi Sholawat, Tanggulangin, Sidoarjo itu, dirinya mendoakan agar kehidupan para korban lumpur mendapat berkah dari Allah SWT, dan ganti rugi yang dialami akan segera dibayar Lapindo serta Lapindo didoakan konsisten dengan janji. "Kalau Lapindo `menggok-menggok` (belok-belok/menyalahi janji), saya harapkan para korban lumpur tidak perlu berunjuk rasa menutup jalan. Pimpinan korban datang saja ke rumah, lalu beri saya mandat, nanti saya yang akan menghadapi Lapindo," katanya, disambut applaus hadirin. Ketika ditemui ANTARA usai mengikuti istighotsah itu, Ketua BPLS Sunarso menilai, kegiatan doa merupakan hal yang baik agar penderitaan yang dialami dapat segera berakhir. "Doa juga positif, agar kewajiban yang harus dilaksanakan Lapindo dapat terealisir, sedangkan kami dari BPLS hanya memfasilitasi untuk kebaikan semuanya," katanya. Usai "taushiyah" singkat Gus Ali Masyhuri itu, ribuan korban yang sebagian menggunakan kaos bertuliskan "Satu Hati, Satu Tekad, Satu Tujuan, Cash and Carry" itu, akhirnya membubarkan diri dengan tertib. Bahkan, sejumlah aparat kepolisian yang berjaga di bawah jalan tol yang terputus lumpur itu, akhirnya membantu korban lumpur dengan mengatur lalu lintas agar korban lumpur dapat menyeberang, namun banyaknya korban lumpur sempat membuat kemacetan sesaat. Istighotsah serupa di tanggul lumpur sekitar Renokenongo, juga dilakukan warga korban lumpur Lapindo yang tergabung dalam Paguyuban korban lumpur tolak relokasi dan kontrak (Pagar Kontrak), yang umumnya kini tinggal di pengungsian Pasar baru Porong (PBP). (*)
Copyright © ANTARA 2008