Jakarta (ANTARA News) - Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA) mengutuk pembunuhan terhadap Fadal Shana, 23 tahun, kameraman Palestina yang bekerja untuk kantor berita Reuters, akibat serangan membabibuta pasukan Israel di Gaza.    "Pasukan Israel menargetkan kendaraan-kendaraan dan para wartawan yang beridentitas jelas, seperti dengan tanda 'Press' atau 'TV'. Fadal Shana tewas ketika dia merekam gambar tank-tank Israel di Gaza tengah," kata Presiden OANA, Dr. Ahmad Mukhlis Yusuf, dalam pernyataannya yang diposkan di laman internet OANA, www.oananews.org, Ahad.    OANA beranggotakan 44 kantor berita dari 33 negara di wilayah Asia Pasifik. Perlindungan terhadap wartawan dan keselamatan para insan pers merupakan prioritas tertinggi bagi OANA di bawah pimpinan Dr. Ahmad Mukhlis Yusuf, yang juga merupakan Direktur Utama Kantor Berita ANTARA.    "Media telah menjadi bagian dari medan perjuangan dan wartawan menanggung banyak risiko. Namun, hendaknya, jangan bunuh para pewarta. Menargetkan pembunuhan terhadap wartawan adalah skandal pelanggaran hak-hak azasi manusia (HAM) dan harus dihentikan," imbuhnya.    Menurut Wakil Kepala Biro Reuters, Julian Rake, Shana telah melaksanakan tugasnya berdasarkan standar prosedural di bidang pers. Ketika dia dibunuh, dia mengenakan jaket dengan tanda yang jelas, yaitu tanda pers dan mobilnya juga bertandakan stiker pers    Pembunuhan terhadap Fadal Shana menimbulkan ketakutan bahwa tugas media di wilayah Gaza menjadi sasaran pasukan Israel. Semua pemerintah dan organisasi, menurutnya, mempunyai tanggung jawab untuk mengayomi dan melindungi para pekerja profesional ini dalam upaya melaksanakan tugas mereka.    "Kini tiba saatnya bagi masyarakat internasional untuk menjamin bahwa suatu perjanjian untuk menghentikan permusuhan hendaknya juga menjamin media dan para wartawan berada di luar jalur pertempuran," kata Mukhlis menyerukan.    OANA juga menyerukan perlunya perlindungan terhadap media dan para wartawan akan dijamin oleh pasukan Israel di Gaza.    Mukhlis Yusuf juga menyerukan kepada dunia kewartawanan untuk meningkatkan protesnya terhadap desakan pasukan Israel atas media yang berupaya meliput konflik di Gaza tersebut.    Pasukan Israel telah memberlakukan blokade terhadap media dunia yang berusaha menulis laporan-laporan mengenai krisis di wilayah Gaza itu.    "Kebenaran tidak bisa dituturkan jika para wartawan tidak bisa bebas bergerak, untuk melakukan wawancara dengan siapa pun yang terlibat, dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri apa yang sebenarnya terjadi di lapangan," katanya menambahkan.(*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009