Wina, (ANTARA News) - Austria adalah kerja, begitu makna antropologis yang ingin diusung negeri itu ketika mendefinisikan perhelatan Piala Eropa yang diadakan pada 7-29 Juni 2008 Tiada hari tanpa kerja, ini cara bereksistensi publik Austria menjelang penyelenggaraan ajang pesta sepakbola akbar itu. Wina mempercantik diri untuk mengerling pecandu sepak bola. Kaya akan arsitektur bercitarasa imperial, museum seni kelas dunia, pesona musik klasik, seakan siap memanjakan mereka yang akan mengunjungi kota-kota di Austria. Seluruh anggota masyarakat setempat tersihir oleh satu kata dalam bahasa Jerman yakni "tugas" (Aufgabe). Siapa melakukan apa, bagaimana, dan di mana, berkelabat dalam kepala anggota masyarakat setempat. "Kami bukan negara yang tersohor dengan sepakbola. Kami dikenal sebagai negara yang kerap menampilkan pesta olahraga musim dingin," kata Dariusz Hoefer, 47, seorang pemilik toko di pusat kota Wina. Seorang mahasiswa Christian Hofstadler, 21, mengatakan, "Saya tidak tahu betul bahwa negeri kami jadi tuan rumah Piala Eropa 2008. Saya kira timnas Austria perlu disalahkan dalam hal ini. Mereka kurang memiliki prestasi membanggakan selama ini," katanya. Austria kini berada di peringkat ke-101 dalam catatan federasi sepakbola dunia (FIFA). Namun, warga Austria umumnya siap menyambut para tamu yang mengu jungi negerinya untuk menyaksikan keindahan kota-kota di Austria, utamanya kekayaan kultural. "Kami punya kekayaan kultur Eropa," kata pengarang Reinhard Prenn, yang mengorganisasikan penerbitan seputar festival yang digelar selama Piala Eropa 2008 di Austria. "Jelas bahwa jika Austria menyelenggarakan Piala Eropa maka sektor kultural akan jadi andalan," kata pengarang Michael Hansel yang merancang seluruh pesta kultural selama berlangsung Piala Eropa di Austria. Pemerintah kota telah menyediakan kawasan yang dapat menampung 70.000 pengunjung di jantung kota Austria. Mereka dapat menikmati pertunjukan teater dan mengecap cita rasa kesejarahan dari museum-museum berkelas. "Ini benar-benar lokasi yang mengesankan. Anda dapat menikmati indahnya jantung kota Wina," kata komite penyelenggara Piala Eropa 2008, Anja Richter. "Sepakbola memang jadi perhatian utama di kawasan pemukiman. Kami ingin menunjukkan hasil kerja kami selama 365 hari selama ini untuk mempersiapkan program kultural yang ditawarkan di Wina. Kami berharap publik akan kembali ke kota ini pada akhirnya." Orkes Simponi Wina, paduan suara anak-anak Wina dan penyanyi top Christina Stuermer akan menyambut para penggila bola dengan diguyur aneka nada-nada musik klasik dunia ciptaan Johann Strauss. Namun, makna "suci" dari kerja menyambut Piala Eropa 2008 juga direspons oleh mereka yang berpandangan skeptis. "Para pecandu sepakbola akan berpesta dengan bir. Mereka akan mengunjungi restauran-restauran kesohor, dan menikmati aneka sajian opera dengan diiringi musik klasik Mozart," kata Hoefer. "Mereka seharusnya menempatkan fans di kawasan kepulauan Danube," katanya menunjuk kawasan pinggiran kota. Menurut sejumlah media Austria, sutradara teater Klaus Bachler mengatakan akan ada kejutan kultural selama berlangsung Piala Eropa 2008. Menurut sebuah survei yang diadakan oleh institut Spectra yang diikuti 1.000 warga Austria, sebanyak 37 persen menyatakan "tidak berminat" menyaksikan turnamen Piala Eropa, meski masih banyak yang mengungkapkan "amat tertarik". Ketika Austria mendefinikan kerja, maka ajang olahraga terpopuler di kolong langit itu lantas berkaitan dengan esensi manusia yang berinteraksi secara sosial. Masyarakat, dan bukan negara, yang "memiliki" dan "melakoni" pesta olahraga berlabel Piala Eropa 2008, demikian diwartakan Reuters. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008