New York (ANTARA News) - Harga minyak jatuh lagi dari rekor tertingginya, Selasa waktu setempat atau Rabu pagi WIB, menyusul aksi ambil untung (profit-taking) di tengah berkembangnya kekhawatiran tentang permintaan energi AS, kata para analis.
Mereka mengatakan sebuah laporan memperlihatkan penurunan kepercayaan konsumen AS, yang merupakan penurunan terbesar dalam 16 tahun, dan sebuah survei lain menunjukkan pasar perumahan masih menurun sehingga memicu kekhawatiran baru bahwa ekonomi AS akan melambat lagi.
Jika pertumbuhan ekonomi AS melambat lagi, hal ini diperkirakan akan memperlemah permintaan energi, terutama permintaan minyak, menurut para analis.
Kontrak berjangka minyak utama New York, jenis minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Juli, jatuh 3,34 dolar menjadi ditutup pada 128,85 dolar AS per barrel karena memuncaknya kekhawatiran permintaan.
Di London, harga minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli, turun lebih tajam lagi sebesar 4,06 dolar AS pada 128,31 dolar AS per barrel.
Penurunan terjadi setelah Brent melesat ke posisi tertinggi selama ini 135,14 dolar AS dan minyak mentah New York mencapai rekor 135,09 dolar AS pada Kamis lalu, di tengah kekhawatiran tentang ketatnya pasokan dan kuatnya permintaan.
"Kami melihat sebuah tahapan penjualan sejak data perumahan yang melemah dirilis hara ini dan pembukaan perdagangan di New York," kata analis komoditi Bache Commodities, Christopher Bellew, seperti dilaporkan AFP.
"Fundamental (pasokan dan permintaan) tidak secara riil mendukung level harga ini," kata dia.
Kepercayaan konsumen AS jatuh ke posisi terendah 16 tahun pada Mei, karena ekonomi kehilangan momentum dan akibat melonjaknya harga minyak mendorong ekspektasi inflasi ke posisi tertinggi selama ini, kata Conference Board said.
Perusahaan riset bisnis ini mengatakan indeks kepercayaan konsumen, yang telah berada pada kecenderungan turun untuk beberapa bulan, turun menjadi 57,2 dari 62,8 pada April. Sebagian besar analis memperkirakan indeks pada 61.
Ditambah lagi, indeks nasional harga rumah AS dari pantauan cermat Standard & Poor`s Case-Shiller, turun 14,1 persen dalam kuartal pertama dibandingkan dengan setahun lalu menjadi di posisi terendah sejak pertama dilaporkan pada 1988.
Dalam catatan yang sedikit lebih positif, departemen perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan rumah baru naik tak terduga 3,3 persen pada April, ketika sebagian besar analis memprediksi turun.
Ekonomi Amerika --konsumen minyak terbesar dunia-- menurun tumbuh 0,6 persen dalam dua kuartal terakhir yang telah terpukul oleh kemerosotan sektor perumahan, kredit ketat dan rekor tinggi harga minyak.
Harga minyak semula meningkat pada awla perdagangan Selasa didukung kerusuhan baru di ekportir utama minyak Afrika, Nigeria, namun kenaikannya terganjal data ekonomi AS yang dirilis belakangan.
Sebuah kelompok militan Nigeria mengatakan telah menyerang sebuah pipa saluran minyak Royal Dutch Shell pada Senin, dan menewaskan 11 orang tentara di kawasan utama produksi eksportir minyak terbesar Afrika tersebut.
Serangan oleh Movement for the Emancipation of Niger Delta (MEND-Gerakan untuk Emansipasi Bangsa Nigeria), salah satu grup separatis utama di wilayah itu, terjadi empat hari setelah angkat bersenjata setempat mengatakan telah menggagalkan sebuah serangan pada fasilitas Shell lainnya di kawasan strategis.
"Sementara pengurangan tingkat produksi belum dikonfirmasikan oleh Shell, gangguang pasokan, yang telah menjadi tema konstan di Nigeria tahun ini, tampak kemungkinan berlanjut," kata para analis Barclays Capital.
Nigeria ekspotir minyak kedelapan terbesar dunia, namun dalam dua tahun terakhir produksinya telah berkurang seperempatnya menjadi sekitar 2,1 juta barel per hari akibat berbagai serangan kelompok separatis.
Harga minyak dunia telah melonjak lebih dari empat kali lipat dalam lima tahun terakhir, didorong meningkatnya permintaan dari China dan India. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008