Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah merosot terhadap dolar AS yang mendekati angka Rp9.400 per dolar Amerika Serikat (AS), karena aksi unjuk rasa mahasiswa yang menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). "Kenaikan harga BBM sebesar 28,7 persen diperkirakan akan menimbulkan berbagai dampak negatif yang pada gilirannya akan meningkatkan jumlah pengangguran dan makin berkurangnya daya beli masyarakat," katanya di Jakarta, Selasa. Menurut dia, terpuruknya rupiah bukan karena kenaikan harga BBM. Jadi kenaikan BBM itu dinilai cukup logis menyusul kenaikan harga minyak mentah dunia yang terus terjadi sampai saat ini. Karena itu kedepan rupiah diperkirakan akan kembali membaik, ujarnya. Rupiah, lanjut dia kemungkinan tidak akan sampai ke level Rp9.400 per dolar AS, karena Bank Indonesia (BI) akan segera masuk kepasar untuk mengantisipasi tekanan tersebut. BI akan membeli dolar AS itu untuk memicu rupiah kembali membaik hingga di level Rp9.300 per dolar AS, ucapnya. Apalagi, otoritas moneter menginginkan rupiah berada di bawah angka Rp9.300 per dolar AS yang dinilai berada dalam posisi yang cukup aman, tambahnya. Pemerintah, menurut dia harus dapat mengatasi masalah ini dengan baik, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berdialog sehingga mereka dapat mengerti kesulitan yang dihadapi pemerintah dalam mengatasi masalah ini. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008