Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan menghambat tingkat pertumbuhan kredit perbankan yang hingga Maret 2008 mencapai 28 persen, menyusul perkiraan inflasi yang meningkat. "Pertumbuhan kredit sampai dengan Maret 2008 masih 28 persen, kami perkirakan akan lebih baik kalau kreditnya tidak tumbuh terlalu tinggi lagi, karena tekanan inflasi yang tinggi," kata Deputi Gubernur Senior BI, Miranda S. Goeltom, usai berbicara pada Indonesia Regional Investment Forum (IRIF) di Jakarta, Selasa. Namun, menurut Miranda, hingga saat ini pihaknya belum melihat ada tanda-tanda akan meningkatnya "undisbursement loan" atau pinjaman tidak ditarik karena perkiraan inflasi yang meningkat. "Kami belum melihat tanda-tanda itu, yang kita lihat pertumbuhan kredit sampai dengan Maret masih 28 persen, kami perkirakan akan lebih baik kalau kreditnya tidak tumbuh terlalu tinggi lagi karena tekanan inflasi yang tinggi," katanya. Ditanya berapa persen idealnya pertumbuhan kredit dengan tingkat inflasi yang diperkirakan akan double digit, Miranda mengatakan, belum tahu. Menurut dia, permasalahan yang dihadapi perbankan hingga saat ini antara lain belum bisa menyediakan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan dengan biaya rendah, dan upaya untuk membuat produk yang beragam. Meski masih ada sejumlah masalah, namun menurut Miranda, kondisi perbankan secara umum baik, misalnya hingga saat ini NPL gross perbankan hanya sekitar 4,8 persen. "Kami belum melihat ada masalah, outlook kondisi perbankan masih bagus, namun kami juga selalu mengupdate bagaimana impact kondisi global terhadap perbankan," katanya. Mengenai inflasi yang meningkat, Miranda menjelaskan sebelum pemerintah menaikkan harga BBM, inflasi pun sudah melejit karena pengaruh perekonomian global. Menurut dia, data menunjukkan bahwa inflasi akan meningkat, bukan saja karena kenaikan harga BBM, tetapi secara eksternal negara-negara di luar juga mengalami inflasi tinggi. "Inflasi di China mencapai sekitar 8,0 persen, Singapura sekitar 6,0 persen, Turki sekitar 17 persen, Brasil sudah 18 persen, dan Argentina di atas 12 persen," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008