Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa sore naik menjadi Rp9.335/9.345 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.342/9.350 atau menguat tujuh poin setelah sesi pagi, sempat terpuruk sebesar 38 poin. "Mulai mengendornya aksi demo mahasiswa mengakibatkan pelaku pasar beralih membeli rupiah ketimbang dolar AS, meski aktifitas pasar kurang ramai," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan, aksi beli rupiah relatif oleh pelaku pasar agak terlambat, sehingga kenaikan mata uang Indonesia relatif tidak besar. Aksi beli ini juga terpicu oleh membaiknya bursa regional seperti indeks Nikkei naik 1,5 persen atau 203.12 poin menjadi 13,893,31, setelah hari sebelumnya merosot 2,3 persen, katanya. Kurang aktifnya pelaku pasar, menurut dia karena kurangnya faktor pendorog akibat pasar uang dan modal di Amerika Serikat dan Inggris ditutup menyambut liburan nasional. "Kami memperkirakan rupiah akan kembali membaik apabila Bank Indonesia (BI) masuk pasar dengan membeli dolar AS di pasar," ucapnya. Rupiah, lanjut dia, diperkirakan akan bisa berada di angka Rp9.300 per dolar AS dengan masuknya BI melakukan intervensi pasar untuk memicu rupiah naik lagi. Apalagi BI ingin rupiah berada dibawah angka Rp9.300 per dolar AS dengan memperkuat fundamental keuangan, katanya. Ia mengatakan, faktor utama membaiknya rupiah, apabila aksi sosial ini mereda yang didukung BI menaikkan suku bunga acuan sehingga selisih bunga rupiah dengan dolar AS akan makin menarik. Rupiah sebelumnya terpuruk hingga mendekati angka Rp9.400 per dolar AS, karena pelaku khawatir akan aksi demo mahasiswa berlanjut setelah terjadi kekerasan di Kampus UKI, katanya. Apalagi dolar AS di pasar regional melemah terhadap mata uang utama Asia yang tertekan oleh kenaikan harga minyak mentah yang seharusnya memberikan sentimen positif terhadap pasar uang domestik khususnya rupiah. Namun kenaikan itu harus memperhitungkan pula antara suplai dan demand, apabila demand terhadap dolar AS lebih tinggi, maka rupiah akan melemah, demikian Kostaman Thayib. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008