Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Selasa pagi, merosot tajam mendekati angka Rp9.400 per dolar AS, tertekan kekhawatiran atas unjukrasa menentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah. "Aksi unjuk sosial merupakan faktor utama merosotnya rupiah terhadap dolar AS yang hampir mencapai angka Rp9.400 per dolar AS," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp9.380/9.385 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.342/9.350 atau melemah 38 poin. Menurut dia, kenaikan BBM tidak ada kaitannya dengan melemahnya rupiah terhadap dolar AS, meski faktor fundamental memang agak merosot. "Rupiah saat ini posisinya dinilai masih cukup aman dan kemungkinan sulit untuk bisa mencapai angka Rp9.500 per dolar AS, ujarnya. Hal ini, lanjut dia, Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan menjaganya lebih ketatnya dan juga akan memperbaiki faktor fundamental keuangan yang kembali melemah. Apalagi menurut laporan, BI saat ini memiliki cadangan devisa yang besar mencapai 84,4 miliar dolar AS yang diperkirakan akan dimanfaatkan untuk menunjang fundamental ekonomi Indonesia, katanya. Dikatakannya, apabila unjukrasa mereda, rupiah kemungkinan akan bergerak naik, apalagi BI akan menaikkan suku bunga acuannya sehingga selisih bunga rupiah dengan dolar AS akan makin menarik. Upaya ini dilakukan untuk menahan investor asing yang aktif bermain di pasar terus menempatkan dananya di pasar domestik, sehingga pertumbuhan ekonomi nasional akan tetap berjalan, katanya. BI menginginkan rupiah berada di bawah angka Rp9.300 per dolar AS, namun upaya ini hanya menunggu usainya aksi demo mahasiswa yang saat ini masih berlanjut. Aksi demo yang paling keras terjadi di kampus UKI yang menimbulkan sejumlah mahasiswa maupun polisi terluka, namun diharapkan aksi tersebut tidak akan terulang lagi, tuturnya. Sementara itu dolar AS terhadap terhadap yen stabil pada 103,35 dan terhadap euro melemah 0,1 persen menjadi 1,5795.
Copyright © ANTARA 2008