Gunung Kidul (ANTARA) - Pelaku budaya di Desa Kepek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyelenggarakan Handayani Night Festival yang akan menampilkan beragam kesenian yang dibalut dalam kemasan musik keroncong pada hari Sabtu (31/8) di sepanjang Handayani Night Festival.
Ketua Panitia Handayani Night Festival (HNF) Guntur Susilo di Gunung Kidul, Kamis (29/8), mengatakan bahwa pihaknya berencana menampilkan pentas musik keroncong yang diikuti oleh 10 grup.
"Adapun musisi pengisi acara HNF sendiri adalah seluruh personelnya asli Gunung Kidul," kata Guntur.
Baca juga: Promosi musik keroncong di Austria
Selain itu, pada Handayani Night Festuval akan ditampilkan pentas pertunjukan seni tari kolosal, live mural serta kuliner jadul juga bakal memeriahkan suasana malam hari di lokasi yang berada tak jauh dari pusat kota Wonosari itu.
“Dapat disebut pesta keroncong karena di setiap kegiatan, baik tari maupun mural fashion show batik karya 13 desainer Gunung Kidul, bakal selalu diiringi dengan musik keroncong,” kata Guntur.
Untuk makin membuat suasana menarik, pihaknya juga akan membuat kolaborasi. Berbagai grup musik dari beberapa aliran, seperti punk, pop, dan rock juga bakal dikonsep keroncong. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan genre musik keroncong kepada kaum muda yang saat ini masih belum begitu tertarik.
“Anak muda belum tertarik, padahal ini musik Indonesia kita perlu bangga. Saya ingin menghidupkan kembali musik keroncong yang mulai ditinggalkan,” katanya.
Baca juga: Keroncong hingga hip-hop, peran musik dalam film Asia Tenggara
Dalam persiapan HNF, dilakukan sejak jauh-jauh hari. Hal ini dikarenakan dari segi biaya sendiri, event ini menelan anggaran cukup luar biasa. Adapun kendala yang dihadapi, kegiatan ini tidak mendapat bantuan dari pemerintah daerah.
"Kami mencoba menghubungi Dinas Kebudayaan tetapi tidak bisa (membantu anggaran). Akhirnya kami cari sponsor sendiri dan kira-kira kegiatan ini menghabiskan dana Rp70 juta,” katanya.
Pada kesempatan itu pula, bakal diadakan penyerahan suvenir kepada para pelaku seni, di antaranya pendiri logo Gunung Kidul Tjipto Swasno; pendiri Tugu Handayani, Gunarto; pencipta mars Gunung Kidul, Tirik; keluarga tokoh keroncong Gunung Kidul almarhum Manthous; serta pelestari keroncong Endah Laras.
Baca juga: Membumikan keroncong di Mataram melalui "MAKRO-C"
“Bukan penghargaan sebenarnya, hanya kami ingin mengenalkan kembali mereka yang telah banyak berkiprah karena sebagian dari masyarakat yang belum tahu,” katanya.
Ia berharap event ini nantinya bisa menjadi agenda tahunan yang mendapat dukungan pemerintah sehingga akan berdampak pada kunjungan wisatawan di Gunungkidul sekaligus menggerakkan perekonomian masyarakat.
“Dalam gelaran HNF, melibatkan kurang lebih 450 seniman dan seniwati Gunung Kidul. Mereka tidak dibayar, anggaran itu hanya untuk persiapan sewa alat, panggung, kostum, dan lainnya,” pungkasnya.
Pewarta: Sutarmi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019