Melbourne (ANTARA) - Pabrik pengolahan nikel milik Metallurgical Corp dari China (MCC) yang menumpahkan limbah ke Teluk Basamuk dituntut memberikan ganti rugi dan ada kemungkinan akan ditutup, kata kepala otoritas tambang di negeri tersebut, pada Kamis.
Pabrik nikel Ramu MCC terletak di Madang, pesisir Timur Laut negeri itu, menumpahkan limbah ke teluk pada akhir pekan dan menyebabkan lautan di sekitarnya berwarna merah, meninggalkan endapan di batu-batu pantai, menurut warga setempat dan foto-foto kejadian.
Tumpahan terjadi ketika operator pabrik tidak menyadari kegagalan pemompaan akibat pemadaman dalam masa pemeliharaan, yang menyebabkan tanki meluap dan limbah mengalir ke laut, kata Jerry Garry, direktur pelaksana Otoritas Sumber Daya Mineral (MRA) PNG.
"Dari sudut pandang lingkungan, jelas pembuangan lumpur ... telah menyebabkan kerusakan pada laut dan mata pencaharian masyarakat karena mereka tidak bisa berenang dan mereka tidak lagi dapat menangkap ikan di daerah itu," katanya.
"Akan ada permintaan untuk membayar kompensasi. Akan ada hukuman lain yang dijatuhkan oleh CEPA. Saya tidak terlalu tahu dengan pasti mengenai bentuk hukuman itu," katanya kepada Reuters.
CEPA adalah Otoritas Konservasi dan Perlindungan Lingkungan PNG.
Seorang pejabat senior di pabrik Ramu, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan dalam pesan tertulis bahwa sekitar 70 meter kubik bubur limbah telah mengalir ke laut. Dia menambahkan bahwa proyek beroperasi "dengan kepatuhan ketat" akan undang-undang setempat.
Sementara tindakan yang akan diberikan terhadap Ramu masih menunggu penyelidikan oleh CEPA dan MRA, "laporan media baru-baru ini atau komentar dari beberapa politisi yang meminta menutup proyek tidak dapat mewakili keputusan oleh otoritas pemerintah yang terkait," katanya.
Sifat kejadian tersebut telah menimbulkan pertanyaan tentang pengelolaan lingkungan pabrik.
"Orang-orang telah menyuarakan keprihatinan tentang cara pabrik beroperasi selama bertahun-tahun," kata Gavin Mudd, seorang guru besar di departemen teknik Universitas Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) di Melbourne.
"Jika ini terjadi di Australia, akan ada yang harus dihukum, tidak hanya mendapatkan denda."
Inspektur MRA tidak menemukan kekhawatiran akan keamanan seketika dan tidak ada alasan untuk menutup operasi, kata Garry, kepala lembaga tersebut.
Namun, contoh residu tumpahan telah dikirim ke Australia untuk pengujian dan hasilnya dapat diperkirakan didapat dalam waktu kurang dari sebulan, katanya, serta menambahkan ia mengingatkan kembali dua tumpahan lainnya di pabrik.
Menteri lingkungan memiliki wewenang untuk menutup tambang, kata Garry, dan gubernur setempat minggu ini menyerukan agar operasi pabrik ditutup.
Menteri Lingkungan Geoffrey Kama mengatakan dalam sebuah laporan pada Kamis oleh surat kabar lokal The National bahwa ia akan mengunjungi lokasi pabrik pada Senin.
"Jika saya melihat situasinya hancur saya akan menutup tambang," katanya, menurut laporan itu.
"Kita perlu melihat laporan terlebih dahulu dan kemudian membuat keputusan," kata Kama, menurut surat kabar itu.
Pabrik MCC Basamuk Bay menghasilkan produk nikel kelas menengah untuk industri baterai dari bijih yang dikirim melalui pipa dari nikel Kurumkukari dan tambang kobalt sekitar 135 km (81 mil) jauhnya.
Baterai untuk kendaraan listrik adalah bagian penting dari revolusi energi hijau, tetapi investor semakin menuntut kebijakan pengadaan sumber daya yang bertanggung jawab di sepanjang rantai pasokan mineral.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kemenperin terima delegasi China bahas limbah elektronik
Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019