Purwokerto (ANTARA News) - Pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang memicu kenaikan tarif angkutan umum berdampak pada penurunan jumlah penumpang bus antara 30-50 persen.
"Hari ini pendapatan saya hanya separuh dari kapasitas bus yang mencapai 54 orang," kata seorang kondektur bus "Satria" jurusan Purwokerto-Cilacap, Karto (54), di Purwokerto, Senin.
Hal itu juga dirasakan kondektur bus "Asli" jurusan Purwokerto-Sidareja, Agus (40) yang mengaku hanya mendapatkan pemasukan Rp160 ribu sekali jalan.
"Padahal, sebelum kenaikan harga BBM, bisa mencapai Rp325 ribu sekali jalan," katanya.
Menurut dia, kemungkinan jumlah armada bus yang beroperasi akan dikurangi jika jumlah penumpang terus menurun.
Seperti bus "Asli", kata dia, dari 36 armada yang dimiliki, hanya saat ini hanya 10 bus yang beroperasi.
Penumpang masih menunggu kepastian tarif pemerintah
Dia mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab penurunan pendapatan tersebut meski kemungkinan hal itu disebabkan penumpang masih menunggu kepastian tarif yang ditetapkan pemerintah.
"Seharusnya pemerintah segera mengumumkan tarif resminya, jangan seperti sekarang sudah tiga hari belum ada kejelasan," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas, Ratimin mengaku mendapatkan laporan jika ada 40 angkutan umum jurusan Purwokerto-Kebumen yang hari ini tidak beroperasi.
Saat melalukan sidak ke Terminal Bus Purwokerto, dia mengatakan, awak angkutan telah mematuhi keputusan kenaikan tarif sementara sebesar 24 persen yang disepakati Organisasi Angkutan Darat (Organda) Banyumas.
"Alhamdullilah, tidak ada pemogokan walaupun ada penurunan penumpang dan kendaraan yang beroperasi tapi secara umum kondusif," katanya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008