Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Negara BUMN Sofyan A Djalil menegaskan bahwaPT Krakatau Steel (KS) harus diprivatisasi tahun ini apapun keputusannya, baik melalui "strategic sales" (penjualan strategis) maupun "Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana. "Harus tahun ini (diprivatisasi) apapun keputusannya," kata Sofyan Djalil, di Jakarta, Senin, di sela-sela Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI. Menurut dia, kalau untuk sekadar meningkatkan produktivitas dan menyesuaikan hulu hilirnya maka KS tidak membutuhkan dana terlalu besar atau hanya sekitar 400 juta dolar AS. Namun, bila KS ingin maju lebih baik lagi maka diperlukan investasi setidaknya dua miliar dolar AS untuk peningkatan produksi hingga lima juta ton baja. "Itu semua akan dibicarakan dengan DPR," katanya. Mengenai kemungkinan dilakukan privatisasi "carry over" untuk 2009, ia berpendapat semakin lama mengabaikan KS maka semakin akan menjadi masalah sebab kebutuhan baja Indonesia makin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi. "Sekarang KS memang untung karena harga baja sedang tinggi dan KS bisa membeli bahan baku dengan harga murah. Namun kita tidak tahu besok akan seperti apa," katanya. Pihaknya akan mendukung hal apapun asal bisa memajukan dan terbaik bagi KS. "Pokoknya semua opsi kita akan lakukan secara transparan, untuk `strategic sales` siapa yang menawar paling mahal kita akan buka. Itu misal DPR setuju. Pokoknya tender terbuka," katanya. Menteri menekankan dirinya tidak pro-`strategic sales` ataupun pro-IPO tetapi lebih kepada apa yang terbaik bagi KS. Hingga kini telah ada setidaknya empat investor asing yang menyatakan minatnya untuk bekerja sama dengan KS. Dua di antaranya yaitu Archelor Mittal dan BlueScope telah mempresentasikan proposalnya di hadapan Meneg BUMN dan direksi KS. "Posco juga sudah mengirimkan surat dua hari lalu yang menyatakan minatnya untuk bekerja sama dengan KS," katanya. "Tidak boleh ada curiga-curiga, apalagi sekarang sudah ada KPK dan nanti akan kita lakukan semuanya dengan transparan," katanya. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008