Selama kita menerima keanekaragaman, konflik akan menjadi bagian di dalamnya. Oleh sebab itu, kita perlu tahu cara mengelola konflik agar menjadi energi positif, bukan menjadi energi yang destruktif.

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan sejarah harusnya diungkap secara seimbang agar tidak timpang dalam memahami sejarah.

"Kita punya masalah dalam diskusi sejarah, yaitu masalah objektivitas. Sehingga ada keengganan mengungkap fakta sejarah yang negatif karena dianggap tidak elok," kata Muhadjir dalam Seminar Nasional "Majapahit: Refleksi Kejayaan Negara Agraris, Maritim dan Demokrasi Deliberatif" di Museum Nasional, Jakarta, Kamis.

Salah satu fakta yang enggan diungkapkan adalah tentang konflik, padahal fakta tersebut diperlukan agar tidak terulang kembali pada masa kini dan masa yang akan datang.

"Jika pola konflik tersebut dapat dipelajari maka bisa menjadi solusi untuk membangun NKRI dalam mengelola konflik," kata dia.

Dia mengatakan salah satu tantangan menjaga Indonesia adalah mengelola konflik yang terjadi. Persatuan tidak akan dapat tercipta jika Infonesia tidak dapat mengelola konflik dengan baik.

"Selama kita menerima keanekaragaman, konflik akan menjadi bagian di dalamnya. Oleh sebab itu, kita perlu tahu cara mengelola konflik agar menjadi energi positif, bukan menjadi energi yang destruktif," kata dia.

Dia memiliki keyakinan bahwa sejarah memiliki peran yang sangat besar untuk masa depan bangsa. Indonesia perlu melihat ke belakang agar dapat menentukan masa depannya.
Baca juga: Manipulasi Kekuasaan Majapahit Dalam Pelajaran Sejarah
Baca juga: Siapa Pembuat Peta Nusantara? Majapahit

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019